Redup
Iftihal Muslim Rahman
Aku berteduh dari derasnya air matamu
Berapa banyak lagi yang kau sembunyikan dari tabir?
Merasakan sukma mu meruntuhkan akal ku
Tarian kita di bawah langit tak lagi tampak
Bayangan perlahan redup jadi benar-benar gelap
Kosong tak jelas menemui kata jumpa
Masih jauhkah? Berapa lama lagi?
Adalah dekapmu yang sanggup menelan peluhku
Purnama terus melewati garisnya
Senja berangsur naik-turun tanpa kejelasan kapan lagi kita tatap sama-sama
Naif bukan rindu yang kita sebut?
Sebab tak ada waktu yang tepat tuk menemui sepasang mata itu
Cepatlah berakhir
Hanguskan jarak yang merampas ranum tawa kita
Kembali pada satu raga, pada dekap yang sama
Rampas saja sudah semua duka hari ini
Jangan ada lagi hari-hari berikutnya untuk menanam air mata
Benihnya sudah lebih dulu dimatikan kemarin, kan?
Kita rangkai lagi ruangan penuh aroma bunga
Parfum kesayangan kita melekat ditubuh dihirupnya sudah
Tenang... tenang betapa tenang dalam dekapanmu
Kita susun lagi kenangan di jalan-jalan berkelok itu
Tersenyum lagi di balik kaca dalam embun yang membatasi mata kita
Dingin tak begitu menusuk, bukan?
Tanganku selalu meraba tubuhmu, menggosok gigil yang kita sebut bahagia
Hentikan drama di pesisir pantai itu, ombaknya tenang dengan riuh dalam lautnya
Biar kita benar-benar menikmati malam kota penuh ketenangan, Kasih
Gemerlap pernak-pernik jalanan menemani tawa kita
Haha.. Hihi..
Haha.. Hehe..
Lekas terwujud kita yang tak sanggup lagi memikul rindu
Bekasi, 6 Mei 2020
Komentar
Posting Komentar