Algofobia

Oleh: Iftihal Muslim Rahman

Kau tidak akan paham sesulit apa aku membangun benteng untuk menjalani kehidupan dengan normal. Aku sadar diri betapa lemahnya aku urusan mengatur perasaan. Ingatan yang terlalu nyata membuat aku sulit sembuh dari trauma. Berulang kali kuujar, mengemis dikasihani supaya dimengerti, tapi terlalu sulit bagimu.

Aku hanya ingin jadi manusia biasa yang menjalani hidup dengan normal, tidak hidup dalam banyak ketakutan dan akhirnya menutup diri dengan sunyi dan penuh gelapan. Tahukah engkau sesulit apa semua ini?

Kau menolak intan yang kuberikan sebab bagimu cukup permata yang telah ku kenalan untuk kita. Meletihkah aku hingga kacau balau mengetahui pedulimu tak sebesar itu?

Aku terlalu peminta, bukan? Penuntut yang unggul, dan aku benci mengetahuinya. Harusnya aku bisa lebih normal lagi. Aku bodoh, bukan? Tertawalah. Murung tak akan membuatku lebih cerdas.

Terlalu banyak pelampiasan ku urai untuk memadamkan rasa pada semesta yang terlalu sungkan bertingkah tenang. Penyesalan berjejer antara harapan yang runtuh pada baling-baling kabin dan meledak.

Kebencianku mengutus sukma tuk resah yang abadi, senangkah mengetahuinya? Berliku, tersalip puan dari segala tujuan. Haruskah aku serakah? Supaya salah satunya menetap. 

Jaring menangkap kilas balik pedulimu, rentangkanlah peperangan, aku akan mengulurkan bendera putih, supaya kau tau, aku benar-benar merasa cukup untuk kuat. Aku tak pernah baik-baik saja, andai kau sadar.

Bekasi 10 Mei 2020

Komentar

Postingan Populer