Perisai
Oleh: Iftihal Muslim Rahman
Aku selalu mudah merasa asing, aku selalu mudah menjauh dan mengasingkan diri. Aku sangat paham ketika kehadiranku tidak diinginkan. Aku selalu mencari tempat dimana hadirku diinginkan. Aku tidak pernah memaksakan diri ketika aku ingin di suatu tempat tapi mereka tak menginginkan hadirku. Aku benar-benar tak ingin terluka parah hanya karena berpura-pura.
Bagiku, kejujuran adalah hal yang sulit tapi membahagiakan. Sakitnya tak akan parah, dibanding harus menjadi palsu, bahkan untuk diterima. Hidupku sudah sangat menderita dengan banyak kepalsuan, aku tidak ingin menggampar diri lebih keras untuk sadar diri. Aku masih waras untuk melangkahkan kaki kapanpun aku tidak diinginkan.
Betapa banyak orang-orang menjadi racun untuk kehidupanku, merasa paling baik padahal paling jahat. Beberapa membuat aku terlihat sebagai orang paling jahat, sekuat apapun usahaku menjadi baik, yang menilaiku jahat tak akan mengubah pendapatnya sebaik apapun aku. Aku peresah yang ulung, menyedihkan tapi tak begitu pedih, aku masih bisa bahagia dengan caraku sendiri meski hari ini aku lupa rasanya bahagia.
Kelak, aku akan berterima kasih kepada orang-orang yang tidak berubah meski termakan waktu dan jarak, tetap menjadi kawan sekalipun tak begitu baik. Bisa menjadi tempat saat aku merasa hancur tanpa perlu merasa ketakutan akan lebih dihancurkan. Terimakasih tidak pernah berubah dan menjadi asing, terimakasih tetap menjadi saksi hidup peradabanku yang sulit. Aku akan bersyukur untuk itu.
Semua yang telah hilang, asing, mengasingkan diri dan terasingkan, aku tetap sampaikan terimakasih pernah menjadi orang baik meskipun tak pernah benar-benar baik kepada aku.
Aku pernah menuliskan: “seberapa besar kamu percaya pada sahabatmu? Kamu tahu, kalau sahabatmu pernah menyuruh pacarmu (saat itu) untuk melepaskanmu dan menjadi pacarku? Hati-hati, Cantik. Kamu ceroboh.” Kalimat yang aku tuliskan mewakili banyak orang yang mungkin merasakannya.
Aku pernah menjadi orang yang sangat percaya pada sahabatku, sampai aku mengetahui dengan sendirinya, sahabatku membuka aibku, sahabatku menyuruh orang yang sangat aku cintai untuk pergi dariku, sahabatku hanya mencari tahu tentang diriku untuk menghancurkanku, aku dikecewakan hanya karena terlalu percaya, hingga akhirnya aku berhenti menyebut seseorang adalah sahabatku, sebesar apapun percayaku tak pernah menjadi hal baik, mereka menyakitiku.
Aku ceroboh, tidak satu-dua-tiga kali hal ini terjadi. Katanya, aku harus mengintropeksi diriku, memperbaiki diriku sendiri ketika orang lain yang menyakitiku. Apakah salahku jika orang lain tidak menyukaiku dan jahat kepadaku? Aku rasa tidak. Mereka jahat karena itu benar bagi mereka. Karena mereka menginginkannya, ingin menjadi jahat. Tidak ada urusannya denganku.
Aku selalu berusaha tidak begitu dekat atau begitu jauh, aku berusaha memberi jarak sebab manusia yang punya banyak trauma ini harus menyembuhkan dirinya sendiri dan sudah paham situasi. Tapi tetap saja gagal.
Meskipun begitu, aku tetap bangga pada diriku sendiri karena tidak pernah menyerah dan selalu mencoba meski telah gagal. Jangan pernah menyerahkan dirimu sepenuhnya jika tidak ingin lebur, kamu belum tentu kuat menghadapi apa yang akan terjadi.
Bekasi, 1 Mei 2020
Komentar
Posting Komentar