Merangkai Pusara

Oleh: Iftihal Muslim Rahman

Jangan pernah memilih bersamaku jika itu hanya untuk menolongku. Sungguh, aku tak pernah merasa benar-benar ditolong oleh siapapun. Sebab kadangkala, hal selanjutnya adalah menyakitiku lebih dari gama yang meledak.

Bersamalah denganku jika itu karena kau menginginkannya, jika kau benar ingin hidup bersamaku, jika kau sangat mencintaiku dan menginginkan aku hidup bersamamu merebahkan tubuh yang sudah dipaku berkali-kali supaya sadar hidup hanyalah kesakitan, tapi akan baik jika itu bersamaku.

Kembangkanlah sayapmu jika bebas artinya kau bahagia, entah itu bebas hidup denganku atau bebas tanpa hadirku. Kau berhak memilih pada purnama keberapa kau akan berpamitan selama-lamanya. Jangan bertahan jika tak ingin tinggal. Sungguh, aku tak layak dikasihani. Sayapku patah dan aku tak akan pernah terbang lagi, tapi kaki ini masih bisa menopang lari, maka aku hanya perlu bertahan hidup dalam kesengsaraan, aku tak butuh engkau jika hanya untuk menopang hati yang tak ingin kau berikan singgasana.

Dermaga ini kehilangan mercusuarnya, maka kau boleh menarik jangkarnya dan kembali berlayar dengan kapal itu, sukma yang ku sebut derita tak perlu dibawa kemana-mana meski cahaya meredup dimana-mana. Melangkahlah jika engkau ingin pergi. Sekali lagi, aku terlalu kuat untuk hidup sendirian. 

Aku sudah merangkai kematianku, aku ingin tenggelam dalam gulungan ombak yang sangat aku takuti, aku akan melangkah dari tepi pantai sampai aku lelah untuk berenang dan kehabisan oksigen sebab laut tak pernah aman dan selalu ganas. Baju hijau yang akan aku gunakan nanti akan disertai rambutku yang sudah berubah warna jadi hijau pula. Aku akan melangkah jika sudah siap sengsara di akhirat. Saat itu tiba, kau perlu mengetahui bahwa aku sudah benar-benar lelah bertahan hidup.

Mei 2020

Komentar

Postingan Populer