Kawanan Bedebah
Oleh: Iftihal Muslim Rahman
Ada canda dan tawa dalam pertemanan, betapa aku iri menyaksikan ketenangan hati orang-orang tanpa bayangan kelam di belakangnya. Aku seperti iblis katanya, menyongkel senang dari banyak insan demi meregangkan ketakutanku. Aku cukup menyeramkan ternyata hidup dalam banyak trauma diikuti delusi yang tak henti menggerogoti isi kepala.
Katamu aku berlebihan, marah begitu kalimat terurai dari candaan yang katanya aku layak ditinggalkan namun rumit dicari celah untuk menemui kehilangan. Katamu, mana mungkin seorang kawan menghancurkan hubunganmu dan aku dituntut percaya supaya tenang hati yang kalut. Haha! Bedebah! Kasihanilah aku kali ini!
Sudah berapa banyak kawanku ditarik jauh dari hubungan percintaanku? Tahukah kamu? Betapa begitu sering hubunganku hancur sebab begitu percaya aku tak akan dirusak oleh orang-orang terdekat itu. Aku iblis? Hehe. Mereka renggut hati yang pernah begitu tulus mempercayai setiap jiwa yang nyatanya merobek sukmaku yang terlanjur damai kala itu.
Berulang kali, berulang kali aku mencoba tegar dengan takdirku, berulang kali aku mencoba tabah tuk kembali percaya, berulang kali aku menghidupkan lagi tenang yang padam. Tapi aku selalu gagal, semua terlalu jahat menikamku. Maka, masih pantaskah aku merasa baik-baik saja dan begitu tenang pun harus percaya atas semua yang sudah ku lalui?
Aku hanya menyalakan api yang Tuhan janjikan cahayanya tak pernah redup. Tiada satupun yang dapat aku percaya kecuali Yang Maha Esa. Begitu nahas bukan? Ditusuk dengan kehancuran berulang kali, dikuliti tulang belukang dipaksa bangkit terus lagi dan lagi, dan aku dipaksa percaya dengan semua bukti yang terlalu pedih ku terima.
Tiada yang sanggup menjamin bahagiaku selain Ia, maka sebagai hambah yang sudah paling lelah dan pasrah, aku memohon kekuatan supaya tidak mati digulung ombak atas kematian yang aku persiapkan. Supaya aku tetap bahagia dan kembali merangkai pusaraku.
Mei 2020
Komentar
Posting Komentar