Kabar Kematian
Oleh: Iftihal Muslim Rahman
Kau adalah alasanku untuk menulis, bagaimana pun karena kau lah aku belajar dengan giat supaya tulisanku semakin baik dan membuatmu kagum barangkali. Aku sangat menyukai setiap waktu untuk menuliskan sesuatu tentangmu.
Jika aku terlalu sibuk mengerjakan sesuatu, kemudian teringat engkau dan terbesit satu kalimat, aku akan segera menulisnya, kemudian memahatnya jadi sebuah karya sastra. Sangat menyenangkan mengabadikanmu, Sayang.
Tapi malam ini gelap, Sayang. Ada perang dalam merekahnya hubungan yang kita rawat. Aku selalu menyakitimu kah? Betapa jahatnya aku, Sayang. Maafkan, sudikah? Bait-bait yang terukit tentang engkau hanya menimbulkan air mata, hanya menggurat perih hatimu, hanya memeras lemon di atas lukamu.
Aku hanya menyakitimu dengan menahan murkaku lewat sajak, aku hanya menyakitimu dengan menahan tangisku lewat puisi, aku hanya menyakitimu dengan menahan ledakan dahsyat di dunia nyataku lewat tulisan.
Aku berhenti sayang, aku tak bisa melanjutkan cerita-cerita tentang kita yang ingin kita gurat. Sebab kau adalah alasan untukku menulis. Jika itu menyakitimu, maka biarkan aku memberitahu batinku untuk mati, aku lebih mencintaimu, bahagiamu adalah bahagiaku, maka kepedihanmu adalah tanggung jawabku.
Aku akan tetap merapal kebahagiaan kita berdua, tenang saja. Kau akan berhenti membaca tentangku, kau akan berenti sakit hati ku harap selepas berhentinya aku menulis. Ini adalah tulisan terakhirku, meskipun aku paham menulis adalah nafasku, berhenti artinya aku bunuh diri.
Tapi tidak apa-apa, bukan? Sebab untuk apa aku hidup jika hanya menyakiti orang yang sangat aku cintai. Maka matilah. Lekas sembuh hatimu, letak dimana segala harapku berlabuh, supaya hanya aku permatamu. Aku mencintaimu.
Bekasi, 2 Mei 2020
Komentar
Posting Komentar