Perindu Surga Jahanam

Oleh: Iftihal Muslim Rahman

Kau berhenti percaya atas dalih dibohongi oleh perkasa yang siap kau sakiti tiap detiknya. Kau bilang telah terluka parah hati yang kau jaga di atas keranda itu meski kau ingat telah membunuhnya. Ku selamatkan ia dari pembunuhan sadis yang kau lakukan, tapi kau salahkan ia adalah pelaku sebab mati suri di peradaban.

Sadarkah engkau betapa hinanya engkau yang penuh harap hidup dalam Jannah-Nya? Kau bangun kuburan tuk tutupi peti hatimu yang sebenarnya kosong. Siapakah pembohong sebenarnya? Bukankah kau buka peti itu jauh-jauh hari sebelum pemakaman? Kau siapkan cerita patah hati sebagai engkaulah penulis ulungnya yang hidup penuh jeritan luka-luka.

Kau dustakan rahim yang mengandungmu sembilan bulan lewat buku cokelat itu, berharap doa-doa meratap atas engkau korban asusila hati ini. Lupakah wahai perempuan berbaju kuning? Telah tersebar arak yang kian busuk ini di antro negeri akibat ulahmu? Kau jahanam, berkisah sebagai perempuan paling kehilangan sedang kau telah mempersiapkan lelaki lain di balik celana longgarmu, lalu kau mengadu telah hadir pembohong yang meremuk percayamu hingga kau berhenti tulus atas dasar semua orang adalah pembohong.

Lupakah engkau siapa yang tega selama ini? Bukankah engkau yang berjanji setia, bersamanya kekasih lamamu hadir dalam pelukmu, ikutnya pula disana lelaki di atas tanah lapang melumat mesra bibirmu yang tak pernah sekalipun ternoda oleh bibirnya? Siapakah diantara kalian yang jahat, wahai pengharap ilham-Nya?

Ku ambil pedang itu, masa bodoh akan membunuh hatinya, ku hidupkan lewat kelaminnya yang masih bisa berdiri. Aku selamatkan ia dalam sekaratnya dan kau sebut aku pembunuh, wahai ahli lacur? 

Resah habis mati-matian ku rawat batin yang lama murung itu, ku biarkan hatiku rusak parah oleh tingkahnya asal duka itu terhenti. Ku habiskan berjuta bahkan triliun sekalipun asal ia bahagia; meski lacurmu yang tak merogoh satu rupiah pun dapat membuat tawa bahkan duka sekalipun, Persetan!

Malam-malamku menghinakan diri, hingga aku bertahan dalam kehinaan demi bahagia dua insan yang tak pantas menulis takdir atas halaman yang sama. Enyahlah!

Bekasi, 11 April 2020

Komentar

Postingan Populer