Bukan Wejangan: Juara Kedua
Aku sebagai ahli pendosa bisa apa untuk keras kepala meminta Tuhan memberikan hati hamba-Nya hanya untuk aku seorang, ketika hatinya saja masih terbagi dengan kekasihnya tapi tak menginginkan aku pergi.
Aku tak akan menyalahkan dosa siapapun yang sedang atau pernah menjalani hubungan dengan kekasih orang lain, kalian telah memilih semua itu sebagai duka yang kalian rakit sendri. Tapi bisakah membaca ini baik-baik, aku ingin menyampaikan betapa ada semesta yang sedang kalian rusak.
Hati siapa yang tega berkata biasa saja kala diduakan? Hati siapa pula yang sanggup berkata sangat bahagia kala menjadi juara kedua? Hati siapa juga yang sanggup bertahan lebih lama dalam membagi cinta?
Aku rasa tidak ada, sama sekali tidak ada. Maka, bisakah kita memilih hati mana yang ingin kita rusak, semesta siapa yang ingin kita robohkan, siapa yang ingin kita bunuh dengan sebuah kisah paling naif.
Ku mohon, jangan rusak hutan yang sangat lebat yang di dalamnya begitu asri penuh dengan suka cita setiap harinya dan hari itu ada sebuah kejenuhan dari salah satu penghuninya yang ingin membangun kota di atas tanah hutan itu. Bukankah kau tahu? Bahwa penghuni itu bisa saja di hari lain menggantimu juga entah untuk dunia yang mana lagi, bukankah kejenuhan dan godaan akan selalu hadir? Tak akan pernah behenti, tak ada manusia yang bisa merasa puas.
Ku mohon lagi, selamatkan seseorang itu dari cengkraman pengukir luka dalam tubuh hingga batinnya, nadinya nyaris terpotong karena tak sanggup hidup dalam penuh derita, maka saat ia bersandar dalam pelukmu, mengemis hadirmu untuk menyelamatkannya, datanglah jika kau ingin menyelamatkannya, ia sudah lelah dengan dunia yang amat hebat merusak batin dan hidupnya.
Bisakah kita pahami? Betapa ada sisi di balik mengapa harus bertahan dalam cinta segitiga ini pun memilih menyerah untuk bertahan dan memilih ikhlas pada keadaan. Ada semesta yang tak bisa kau rusak, tapi ada pula semesta yang semestinya kau hancur leburkan.
Setiap hati harus siap terluka bagaimana pun keadaan datang, tiada satupun jaminan agar bahagia akan selalu hadir, ribut-ribut gemuruh hubungan biarkan jadi bumbu, bukan menjadi isi utama dalam masakan hubungan ini.
Semoga jalan yang dipilih adalah sebuah penyelamatan bukan perusakan semesta, semoga kuat hati selalu ada untuk setiap pilihan, hiduplah dalam derai derita meski hanya kematian yang ditunggu, jangan menjemputnya, ku mohon.
Bekasi, 24 April 2020
Iftihal Muslim Rahman
Komentar
Posting Komentar