Perantara Siapa?

Oleh: Iftihal Muslim Rahman

"Izinkan aku tenang, Tuhan!" Takdir membawaku dalam fikiran yang selama ini jadi tanya, "akhirnya", kubilang. Hatiku berhenti menangis. 

Jika suatu malam nanti bukan suaraku yang menenangkannya lagi, akan ku ceritakan bahwa ada seorsng pendosa yang ingin menebus dirinya dengan dosa lagi.

Ia rusak semesta lain yang sebenarnya sudah hancur lebur dan masuk dalam lubang hitam. Korban itu selamat, pelaku itu hidup dalam kehitaman.

Aku memeluk tubuh yang hampir beku itu, ku hangatkan deritanya hingga perlagan ia lupa pernah terluka parah. Hatinya bernanah, siap untuk mati.

Ku selamatkan, supaya dingin dulu hingga nanti benar-benar siap berfungsi kembali mencintai setulus hati yang tak lagi luka.

Ah, Tuhan. Kenapa aku harus berkorban sampai nyaris mati begini? Bukankah aku juga butuh ditolong? Aku pun sekarat. 

Namun Tuhan berbisik, katanya aku sanggup untuk tidak apa-apa. Murah hati sekali penciptaku ini. 

Betapa telah lahir perempuan tangguh yang nyawanya terus diselamatkan hanya oleh-Nya tanpa perantara. Terimakasih, Tuhan.

Bekasi, 11 April 2020

Komentar

Postingan Populer