Perakit Duka
Oleh: Iftihal Muslim Rahman
Namamu tertulis jelas sebagai orang yang gagal, sebagai orang yang kalah tapi tak begitu menyedihkan. Sebab dalam kisah yang ku ceritakan, kau adalah penjahatnya.
Kau yang telah melukis dukamu sendiri. Dia yang kau sayang adalah korban dari keserakahanmu dan betapa kekanak-kanakan setan sepertimu.
Aku yang kau sesali hadirnya adalah pahlawan. Iya, pahlawan. Pahlawan yang menyelamatkan dia dari patah yang makin rusak oleh pahatanmu.
Ku bentuk ia sebagai orang paling bahagia di Bumi Pertiwi. Ku bawa ia dalam kisah, dimana ia adalah pemeran utama, sebagai orang yang paling dicintai. Bukan dilukai.
Iya, dilukai. Biar aku jelaskan padamu betina rakus, kau telah melukainya dengan gigih terus mencoba segala bukti caranya bertahan atas lacurmu.
Murahan sekali, bukan? Betapa nahasnya dirimu dalam ceritaku. Sendu. Sendu sekali dia yang kau biarkan terlantar di pinggir jalan kota penuh hiruk pikuk anjing ganas, meski kau lebih menakutkan.
Ku petik aroma bangkai dari tubuhnya yang kau sematkan baru dua bulan itu. Ku tanam enam bulan lamanya hingga merekah dan merdeka dari pelacur sepertimu!
Biar, biar dunia tahu siapa penjahat sebenarnya dalam kisah ini. Biar ku jujurkan betapa juang merekatkan hati yang sobek sana-sini. Ia telah merajai singgasanaku, jangan lagi kau sirnakan tawa renyahnya.
Kau adalah sampah di persimpangan yang ku tutup setahun silam supaya usah sudah apimu melalap cerita manusia lainnya.
Betapa ku rapalkan kekejianmu pada Tuhan yang telah melewati langit detik lalu detik lagi detik selanjutnya, merapal sudah mulutku untuk deritamu yang tak sudah-sudah.
Meski ratapan itu mengujar supaya hadirmu tak lagi bersinar, kau adalah hantaman penghancur bagi dunia siapapun, ku tetap rapalkan supaya panjang umurmu menikmati siksa dunia. Tenang saja, waktumu lama tersisa.
Karma tak pernah lebih kurang dari derita korbannya, pengukir mahir sepertimu paling pantas dengan racun mematikan tiap harinya. Bersenang-senanglah dengan penderitaanmu. Aku adalah penonton ulung sebagai saksi air matamu selepas semua derita yang kau ukir selama ini.
Bekasi, 11 April 2020
Komentar
Posting Komentar