Senyum Sederhana



            Kemarin aku melihat senyumnya. Begitu jelas dalam ingatan hingga aku tak sadar dalam senyuman itu terdapat kalimat yang membuatku ikut tersenyum malu. Mungkin saat itu wajahku memerah malu. “Iif..” ujarnya seraya bercanda dengan temanku. Aku hanya tersenyum sambil mengangguk. Meskipun itu sapaan terpaksa darinya, ia tetap terlihat manis saat melakukannya.
            Pernah suatu pagi aku menyapanya di depan ruang guru. Ia tersenyum di pagi itu dan membalas memanggil namaku. “Oh Tuhan,anugerah terindah yang kau ciptaan terlihat sangat manis pagi ini” ucapku pagi itu. Tanpa alasan aku mencintainya,semua mengalir begitu saja. Bahkan ketika hadirnya tiba,aku merasa ingin menolak, namun aku tak bisa.
            Ia begitu indah untuk dienyahkan,dan aku sekali lagi katakana,tidak dapat menghilangkan begitu saja rasa untuknya.Kembali ke hari kemarin.Bagiku, itu menjadi hari indahku.Selain ia menyapaku, kami bertemu beberapa kali.Sekolah ini mungkin terlalu sempit untuk tidak membuatku tak bertemu dengannya. Tidak, bukan hanya karena itu,aku kelas 12. Dan kelas kita memang berdekatan.
            Aku sangat bahagia, bahkan ketika aku hanya melihatnya menatapku, tatapan yang mungkin bukan untukku, namun aku melihatnya menatapku. Aku bahkan lebih bahagia dan seketika salah tingkah jika ia mengajakku bicara. Kami sama-sama ketua kelas, jadi akan sering banyak bicara hal soal sekolah dan kelas kami masing-masing. Aku selalu senang melihatnya.
            Untukmu, yang selalu menyederhanakan bahagiaku.

Komentar

Postingan Populer