Perayaan Patah Hati

 Hari ini rasanya sama persis seperti malam kau memutuskan berpisah. Aku tak menangis. Aku hanya tiba-tiba merasa semuanya hampa.


Aku mengerdil dan sayup jatuh menyendiri pada kesakitan. Dunia telah ku larang mengikuti kesedihanku yang sebenarnya entah merasakan apa. Aku hanya tercekik tak habis pikir. 


Namun kali ini aku tak mengutuk apapun. Aku jauh lebih bijaksana seperti harapmu di tengah drama kita. Lembaran sama yang kau janjikan itu palsu, aku akan ingat doa malam itu.


Masa-masa suram yang ku lalui, menghancurkan diri sebab rasanya terlalu naif untuk menjadi baik. Seolah semua salahmu yang membiarkan aku jatuh ke jurang dan terjerumus tak menemui jalan pulang, aku dipaksa tinggal bersama kesakitan seumur hidupku.


Larut aku menyempurnakan peluh, kau tiada dan tak akan pernah ada. Bahkan waktu dahulu adalah ketiadaan bagimu dimana aku mengurung diri hanya untuk dicintaimu.


Kau benar, aku tak pernah menjadi diriku sendiri. Namun ketahuilah, selepas langkahmu dari pagar rumahku, tak pernah ada yang sanggup menerima bagaimana meletupnya amarahku yang menunjukkan diriku itu.


Bersyukurlah, aku yang kau temui bertahun silam adalah yang sanggup menjadi beda untuk kau cintai. Meski bagimu aku tak pernah ada dengan diriku sendiri.


Memori otakku malam ini cukup nakal, mataku seolah memandang segala hal yang pernah kita lalui, semua, semua bayangan, semua masa-masa dimana kita tertawa dan bermesraan, bahkan seluruh kesakitan dan air mataku kala itu terekam jelas dan enggan sembuh dari lukanya.


Berteduhlah kini, kau telah sampai pada pelabuhan yang tanpa jarak itu, usai sudah ketakutanku selama ini yang terpatri bertahun lamanya, melihat kebahagiaanmu yang sampai pada titik akhir. 


Bukankah harusnya ikhlas itu ada sejak awal? Tapi detak jantungku menolak berhenti sebelum benar selesai. 


Kau telah bahagia, bahkan sudah lebih lama bahagia dan tenang sebelum aku merasakannya. Aku tak begitu yakin pernah benar-benar berhenti dari mimpi buruk itu. 


Akhirnya, selamat aku ucapkan untuk seluruh peluh yang kau sandarkan meski bukan aku yang ada disana, tak ada pula harapku untuk berada disana sebab menyadari betapa aku memang tak pernah kau terima di singgasana hatimu. Sorak soraiku untukmu..


Bekasi, 8 Agustus 2020

Komentar

Postingan Populer