Scout Gives Meaning
Aku
berdiri diatas lantai yang
dingin, sedingin sikap banyak orang padaku. Aku memandangi cermin di depanku
yang memantulkan sosok besar,
ya
inilah aku. Panggil
saja Oki. Seorang siswa SMA Taruna Bangsa. Anak yang terkucilkan dan selalu saja di bully banyak orang.
Aku
bersyukur masih mempunyai orangtua yang sangat menyayangiku,yang membuatku
merasa bahwa masih
ada keterangan dibalik kegelapan. Aku menatap lagi diriku ”Mama dan Papa apakah
akan bangga padaku suatu hari
nanti?
Mau jadi apa aku dengan postur tubuh seburuk ini?” gumamku dalam
hati.
Ini
adalah minggu ke-2 aku sekolah di SMA
Taruna Bangsa. Dan masih banyak kakak kelas yang menawarkan kami,
warga baru sekolah untuk mengikuti ekstrakulikuler.
Di
jam pelajaran ke-5 setelah
istirahat, kakak kelas dari ekskul
pramuka masuk ke dalam kelasku.
“Hei adik-adik! Saya Ka
Sandi perwakilan dari estrakulikuler Pramuka,
saya akan menjelaskan sedikit tentang Pramuka. Pramuka bukanlah ekskul yang monoton, semua bidang
dapat di pelajari di Pramuka. Bukan hanya sekedar
baris-berbaris saja tetapi ada beladiri, renang, futsal, komputer, dan semua
pelajaran lainnya. Kami akan mendidik kalian dan membawa kalian dalam dunia
sesungguhnya, serta akan
menjadikan kalian seorang calon pemimpin bangsa. Sekian penjelasan saya, apakah
ada pertanyaan?”Jelas Ka
Sandi. “Saya ka!” Ucap
teman sekelasku Naya sambil menaikkan telunjuknya ke atas. “Ya silahkan” Jawab Ka Sandi. ”Kalo mau ngurusin
badan di Pramuka bisa gak ka?” Ucapnya yang langsung
disambut teman sekelas dengan tawa hinaan yang di tunjukkan kepadaku. Aku hanya
menunduk malu. “Bisa saja, mohon maaf tolong perhatiannya!” ucap Ka Sandi dengan nada
yang sedikit keras mecoba menenangkan suasana keras yang ramai. ”Kami akan mendidik
kalian menjadi seperti yang
kalian mau,apapun itu” Jelasnya lagi.
Setelah
Ka Sandi menjelaskan
secara ringkas tentang Pramuka,
Ka Sandi memberikan
formulir kepada seluruh murid dikelas. ”Yang
berminat formulirnya bisa diisi dan mengembalikkannya kepada saya sepulang
sekolah nanti. Saya tunggu di lapangan tengah. Yang tidak berminat bisa mengemballikan
formulirnya pada saya sekarang” Ujar Ka
Sandi.
Aku
tertarik sekali mengikuti kegiatan pramuka itu. Dan benar saja, dikelasku hanya aku yang berminat
ikut pramuka. Aku mengisi formulir dan tak sabar untuk cepat pulang.
#Kriiiiiiinnggggggg
Tanda
bel pulang sekolah telah berbunyi dan tiba waktuya pulang. Seluruh anggota Pramuka, yakni senior
telah rapih
berbaris begitu bel berbunyi. Para calon anggota Pramuka mulai berdatangan. Mereka semua
termasuk aku, melihat salah satu seorang senior yang sepertinya seorang ketua Pramuka yang sedang memberi
pengarahan. Tak lama kemudian, 3 orang senior menyuruh kami untuk menaruh tas dan langsung
berbaris.
Cukup
lama kami dilapangan seraya diberi pengarahan untuk pelantikan yang akan diadakan 2
minggu lagi. Setelahnya kami akan diseleksi untuk lomba 1 bulan lagi di
Madrasah Aliyah
Negri yang cukup ternama di Bekasi.
Ya seluruh temanku ikut dalam seleksi untuk lomba tersebut. Kami ikut dalam
seleksi lomba baris-berbaris tongkat.
Setelah
latihan gerakan, mulai latihan suara untuk danton ”Coba kamu!” kata salah
satu senior sambil menunjukku,
”Siapa ka? Saya?” tanyaku yang merasa. “Iya
kamu! Coba bilang siaaaap grak!”. Aku langsung mengikuti perintah seniorku. “Siaaaappp grak!” Teriakku
Senior
ku tercengang, seluruh temanku terdiam dan langsung melihat kearahku. ”Ada apa?” Tanyaku heran. Beberapa
detik kemudian, keadaan
kembali normal. Seleksi selesai, dan
aku
terpiih menjadi danton. Ya,
danton. Seorang yang akan
memimpin pasukannya serta
memberi aba-aba. ”Oh
tuhan! Apakah ini nyata? Aku akan
menjadi seorang pemimpin meskipun hanya didalam barisan” Batinku, yang masih merasa tak percaya.
Aku
pulang dengan perasaan sangat bahagia. Aku duduk di pinggir tempat tidurku.
Membayangkan seperti apa aku mengenakan pakaian
Pramuka dengan berbagai
atributnya. Dan membayangkan betapa gagahnya aku nanti.
Keesokan
harinya, sepulang sekolah aku kembali berlatih.
Ya, latihanku berbeda dari yang lain. Aku melatih suaraku. Soal kelantangan, intonasi, dan segalanya yang
berhubungan
dengan lombaku. Lari keliling
lapangan, push up, sit up dan
semua
olahraga yang melelahkan. Tapi aku tetap semangat, karena ini lomba pertamaku,
aku akan memberikan yang terbaik.
Latihan
selesai, sebelum pulang aku dipanggil oleh Ka sandi. “Oki, sini
dulu!” Ujarnya. ”iya,Ka. Ada apa?” Jawabku sambil berjalan
menghampirinya. “Kakak
hanya ingin mengingatkan kamu, tolong banyakin makan buah dan sayur, minum air hangat
dan jangan minum minuman dingin, jangan makan gorengan, Pokoknya kamu hindari
makan makanan yang pedas dan berlemak. Takut suara kamu habis. Hanya untuk satu
bulan aja kok menjelang lomba ini. Bisa ?” Ujar
Ka Sandi. “Siap bisa,Kak!”.jawabku dengan
lantang. Akupun langsung pulang setelah perbincangan tadi.
Aku
mengikuti semua perintah seniorku itu. Aku yakin itu yang terbaik. Satu minggu berlalu, aku
mulai terbiasa untuk makan sayur-sayuran
dan buah-buahan serta banyak minum air hangat. Latihan rutin satu minggu ini berhenti
dulu, sebab aku dan seluruh temanku akan mempersiapkan diri dan perlengkapan untuk
pelantikan bantara.
Hari
sabtu telah tiba, sesuai rencana,
ini
adalah pelantikan pertama
angkatanku. “AKU SIAP” Teriakku di depan sekolah.
Pelantikan
berjalan dengan sangat seru meskipun menegangkan. Kami berjalan menuju
pos satu kepos yang lain dengan membawa beban 5 batu bata dalam tas, sangat
sensasi yang luar biasa.
Hal paling mengesankan ada di pos 2, pos kepemimpinan
yang dipandu oleh Ka Sandi. "Ada apa datang kesini?" Ujar Ka Sandi
pada kelompokku. "Siap! Menerima materi,Ka!" Jawab aku dan kelompokku
bersamaan. "Oki, ketua kelompok!" Tegas Ka Reza yang ikut dalam pos
ini. "Siap! Iya ka!" Jawabku. "Apa itu pemimpin?" Tanya Ka
Reza kepadaku "Pemimpin adalah ia yang menjunjung tinggi harkat
martabatnya, melaksanakan Pancasila, menepati Dasa Dharma dan
Trisatya,Ka." Jawabku dengan tegas. "Bagus. Ya,pemimpin itu adalah ia
yang mendedikasikan dirinya sebagai orang yang selalu mengikuti aturan,
melaksanakan apa yang ada dalam negaranya, organisasinya, agamanya, sekolahnya,
serta perintah keluarga atau orang tua. Ia yang selalu terdidik dalam attitude.
Pemikiran yang luas dan selalu menjadi panutan. Lalu, siapa pemimpin itu?"
Semua sempat terdiam. Dan salah satu anggotaku menjawab, "Siap! Kepala
negara atau Presiden ka!" Jawab Rina yang merupakkan kelompok ku.
"Kurang tepat, selanjutnya?" Tanya ka Reza lagi "Ketua dalam
organisasi,Ka!" Jawab Alma. "Ada lagi?" Tanya Ka Sandi lagi
karena merasa jawaban mereka kurang tepat. Lalu Ka Sandi langsung berdiri dan
menjelaskan soal 'Siapa pemimpin sesungguhnya'. "Pemikiran kalian terlalu
pendek, kalian terlalu merumitkan pertanyaan yang mudah. Pemimpin, ialah diri
kita sendiri. Hanya kalian yang dapat menentukan bagaimana diri kalian
kedepannya. Kalian, yang entah menjadi apa nantinya, akan sukses sesuai
bagaimana diri kalian,bukan orang lain. Selalu menjaga attidude, menepati dasa
dharma.
Pada intinya, pemimpin bukan 'dia' tapi 'aku'. Kita
semua misalnya, kita semua adalah calon pemimpin bangsa ini. Kalian, penerus
bangsa ini. Dan saya ingin, lewat Pramuka ini kalian nantinya akan menjadi
calon pemimpin yang berkualitas. Kalian dapat melihat bagaimana dunia ini,
jadilah diri yang bermanfaat bagi semua orang. Terus tepati dasa dharma. Dan
ingat, setiap jiwa,a dalah pemimpin!" Jelas Ka Sandi. Aku sangat tertegun
mendengar ucapan Ka Sandi itu, hebat! Kalimat yang sangat memotivasi diriku dan
teman-teman kelompok ku. Selesai dipos itu, kami melanjutkan ke pos-pos
berikutnya.
Kemudian kami makan bersama dengan lauk dan nasinya
berada di atas daun pisang yang panjang
dan memakannya dengan lahap, kemudian jalan jongkok sampai dengan jarak yang
kira-kira 20 meter, Masuk kedalam lumpur dengan bertiarap. Dan semua itu sangatlah
seru dan mengesankan!. Pelantikan
kali ini tidak akan pernah aku lupakan, karena dalam pelantikan ini aku
mendapat pelajaran yang sangat amat berharga.
Aku pulang dengan wajah
cemong, mama sangat tidak masalah, justru mama senang melihatku mempunyai
semangat baru.
Latihan
kembali,aku pun latihan seperti
biasa, lari keliling lapangan sambil
berteriak,menghapalkan format gerakan,dan memberi aba-aba kepada pasukan. Aku mulai bisa
menguasai lapangan, tinggal kelantanganku saja yang di asah.
Sudah
H-6 latihan jadi tinggal hari senin,selasa,rabu,kamis,jumat,sabtu kami berlatih. Latihan tidak
diforsir dan
kami mempersiapkan fisik dan mental. Semua mata lomba telah mapan dan matang serta kami siap untuk berlomba.
“Aku sudah siap
berlomba!” ucapku sebelum tampil. “Kamu yang fokus ya,Ki. Kalian semua, fokus dengan ucapan
danton!” Nasihat seniorku. “Siap
iya kak!” serentak 16 orang ini menjawab.
Setelah
tampil, aku tak henti-hentinya berdoa
agar tuhan memberi jalan bagi kami yang telah berusaha mati-matian selama
kurang lebih 1 bulan ini untuk menuju kemenangan.
Dan pengumuman
pun tiba.
Ada
4 mata lomba, semua mata lomba telah diumumkan pemenangnya kecuali lomba baris
berbaris. Sekolahku sudah punya 3 piala. ”Dan.... untuk mata lomba LKBBT... Juara
pertamanya adalah...... SMA TARUNA BANGSA!” Ujar panitia. Aku dan
semua anggota Pramuka SMA Taruna Bangsa merasa sangat bahagia.
Suasana
kembali hening setelah pengumuman untuk danton terbaik disuarakan.
“Ya!
Dan untuk Danton Terbaik dimenangkan oleh....SMA Taruna Bangsa!” ujar panitia
yang sangat antusias, sontak membuatku langsung bersujud syukur dan lari
kedepan untuk mengambil piala pertamaku.
Aku sangat
bahagia.
Keesokan harinya di sekolah.
Hari ini seluruh piala yang
di raih Pramuka SMA Taruna Bangsa diumumkan setelah upacara pagi ini. Aku maju
kedepan setelah namaku dipanggil oleh kepala sekolah untuk simbolis
memberikan piala.
“Kamu kurusan,Ki. Diet apa kamu ?” tanya Ragli teman sekelasku. “Makan sehat,minum
sehat,olahraga teratur dan diawasi oleh senior pramuka ku”. Jawabku dan langsung maju kedepan.
Aku tak berbicara
apapun didepan, hanya berjabat tangan, memberi piala, dan berfoto. Seusai itu
aku langsung masuk kedalam kelas.
Pagi
ini, dimulai dengan pelajaran Pendidikan Kewarga Negaraan (PKN) dan materi pada
bab kali ini adalah politik. Guruku menjelaskan banyak soal politik. suasana kelas
hening. Ada yang tertidur,main handphone, dan serius mendengarkan. Aku diam
memperhatikan dan mencatat
hal
penting yang diucapkan guruku.
“Anak-anak! Minggu depan akan ada
lomba debat seputar politik, dimana kalian akan berperan sebagai calon Presiden Indonesia.
Lomba ini tingkat provinsi Jawa
Barat. Dan jika kalian
berminat, kalian
bisa temui ibu di ruang guru.”
Jelas Bu Ira yang merupakan
guru PKN ku.
#Kriiiiiinngggg
Bel
berbunyi menandakan jam istirahat. “ya anak-anak. Selamat beristirahat”. Bu Ira
pun langsung meninggalkan kelas.
Aku
sangat ingin mengikuti lomba itu, aku sangat menyukai politik. Ya inilah aku si
gendut dengan sejuta kemauan. Aku berlari menuju ruang guru dan menemui guru
PKNku, Bu Ira.”Bu,saya
Oki Hamdita Rahman. Kelas X.6. Saya
mau ikut lomba debat,Bu”.
Kataku dengan semangat saat sampai di meja Bu Ira. "Kamu sangat berani. Ibu akan bimbing kamu dan teman-temanmu yang
lain yang akan ikut dalam lomba ini. Hanya kamu loh yang berani mengajukan diri
sendiri". Kata bu Ira sambil tersenyum padaku. Namaku pun ditulis sebagai
tanda ikut dalam lomba ini. Aku tersenyum pada Bu Ira "Terimakasih,Bu,Mari"
aku pun mencium punggung tangan bu Ira serta langsung keluar dari ruang guru.
Setelah satu minggu dibimbing bu Ira, akhirnya hari
ini aku dan 10 temanku lainnya berlomba. Naya, teman sekelas ku yang pernah
menghinaku juga ikut serta dalam lomba debat ini.
Lomba dimulai,dari 200 peserta, sisa 20 peserta atas
seleksi tertulis tentang politik. Aku masuk ke tahap kedua. Ya, perwakilan dari
sekolahku hanya tinggal aku dan Naya.
Ini adalah babak debat tentang Indonesia Masa Kini.
Dan tersisalah sudah 5 peserta. Aku masuk pada babak final. Sayangnya, Naya
gagal lolos dalam babak ini.
Ini adalah babak dimana aku dan 4 orang pesaingku
lainnya berperan sebagai calon Presiden. Kami semua diberi waktu 5 menit,
mempersiapkan visi, misi, dan motto untuk negara ini.
Perlombaan dimulai.
Peserta membacakan visi, misi, dan motto terlebih
dahulu. Dan dimulailah babak debat. Setelah cukup lama berdebat, akhirnya ada
sebuah pertanyaan yang membuatku terdiam sebentar menahan air mata.
"Kenapa anda memiliki visi menciptakan Indonesia
sebagai negara tanpa perbedaan ras, agama, suku, dan sebagainya? Sedangkan
negara kita telah mempunyai visi yang sedemikian rupa?" Tanya peserta itu.
"Apakah anda atau kalian yakin negara yang anda
pijaki ini demikian? Lalu pembullyan dan diskriminasi itu apa? Menerima
perbedaan suku? agama? ras? Atau postur tubuh?" Seketika suasana hening
saat aku bilang "Postur tubuh"
"Iya kita satu! Lalu apa artinya perang antar
umat beragama? Bagaimana dengan hinaan bagi mereka yang diteriaki "Hei
Gendut Bodoh!" Atau "Dasar Kurus Miskin!". Bukan tentang
bercanda, tapi ini soal perpecahan! Bagaimana bisa kita terdidik dalam satu
negara namun terpecah karena pemikiran "yang tak bertubuh ideal itu
bodoh" atau "Yang miskin yang dibawah dan pantas dihina dan
ditindas". Dari pejabat teratas sudah jelas perbedaan sesepele itu menjadi
beban berat yang dibawah. Dimana mereka yang seharusnya melindungi?" Semua
masih tertegun dan tidak ada yang menyanggah.
"Saya, atas nama Bangsa Indonesia! Akan
menjadikan negara ini tanpa perbedaan manusia. Kita semua sama! Mereka yang
bertubuh besar atau gendut bukanlah sampah,bukan bahan ejekan, mereka, saya,
atau yang bertubuh besar lainnya bukan berarti kami bodoh dan tidak berguna!
Saya,sebagai calon pemimpin Bangsa, akan menjunjung tinggi hak asasi semua
rakyat saya! Menjadikan negara ini sebagai negara yang sejahtera dengan
berbagai misi dan visi saya, dengan semua progres yang telah direncanakan"
Aku berdiri sambil menghentakkan tanganku "Merdeka bangsa Indonesia!
Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh!". Aku kembali duduk dan semua
orang bertepuk tangan, aku tersenyum dan menoleh ke sudut ruangan. Bu Ira
menangis haru menatap ke arah ku. Aku perhatikan sekeliling, banyak yang
terharu.
Semua peserta tidak menyanggah. Juri memberiku nilai
sempurna. Dan aku sadar, aku pemenangnya. Aku mendapatkan predikat sebagai
Juara 1. Bu Ira memelukku dan berkata "Kau anak yang kuat, ibu bangga
padamu." Ujar bu Ira yang tak kuasa menahan tangis bahagianya. Dan aku pun
hanya tersenyum bahagia.
Keesokan harinya disekolah.
Setelah upacara, pialaku diumumkan. Dan aku
dipersilahkan naik keatas podium untuk berbicara. "Aku sangat bahagia bisa
mendapatkan gelar juara 1 dalam lomba debat kemarin. Terimakasih Tuhan,
terimakasih Bu Ira atas bimbingannya, terimakasih Pramuka, berkat Pramuka, saya
dapat melihat dunia, berkat Pramuka, saya tau dan yakin bahwa setiap orang
mempunyai kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Maka, teruslah berusaha
menjadi yang terbaik dan jangan menyerah atas kelemahan. Karena kalian hebat
atas diri kalian sendiri. Terimakasih kedua orangtuaku, karena kalian aku bisa
seperti ini. Terimakasih semua!"
Semua orang dilapangan bertepuk tangan. Saat turun
dari podium, banyak yang meminta maaf padaku karena telah menghinaku. Tak
terkecuali Naya,dia juga menjabat tanganku sembari mengucapkan selamat atas
kemenanganku.
Aku selalu yakin Tuhan itu adil, ketika kalian kuat
menghadapi cobaan, maka Tuhan akan bantu menguatkan kita. Yakin dan teruslah
berusaha menjadi yang lebih baik. Kita semua adalah pemimpin bangsa. Bukan
"Jika" tapi "Pasti”.
-Tamat-
Komentar
Posting Komentar