Don't You Remember
Aku masih dalam amarahku. Entah sejak kapan malamku
menjadi penuh amarah bukan tangisan lagi. Seperti malam-malam setahun yang
lalu,penuh tangisan,kesakitan. Sejak membaca paragraf malam itu,aku menjadi
sosok yang jauh lebih tegar. Ya,kalimat penuh hinaan yang menyayat hati.
Kemudian cerita tentang seorang yang bertanggung jawab atas semua kehancuran
yang dilakukan pada wanitanya. Singkat kata,aku iri. Setolol apa diri ini tidak
bisa marah pada laki-laki setan seperti dia? Iya,dia yang membuat masa depanku
hancur.
Namaku Rafa,umurku sekarang sudah 17 tahun. Dan
mempunyai cita-cita sebagai polisi dan TNI AL. Aku tau benar syarat-syarat
masuk dalam akademik militer ataupun polisi sejak kelas 1 SMP. Aku mencintai
dunia militer yang bagiku sangat menantang. Namun semua harus ku kubur
rapat-rapat,setelah kebodohan yang aku lakukan dengan dasar "atas nama
cinta".
Rangga,3 tahun lebih tua dariku. Dan menjeratku dengan
kharismatiknya. Aku sangat mencintainya. Mengejar-ngejar dia sampai 2 tahun
lamanya. Dan akhirnya saat kelas 3 SMP dan dia kelas 3 SMA,kami berpacaran.
Tepat setelah ulang tahunku ke 15,aku makin hanyut dalam cinta dan tidak mampu
jika harus kehilangan dia. "Aku cinta kamu,aku gak mau kehilangan kamu,Ngga"
Ujarku seraya memeluknya. "Aku juga cinta kamu,Fa". Kemudian bibir
kami saling melumat. Aku takut kehilangan dia hingga melakukan apapun untuk
menjaga hubungan ini tetap utuh. Apapun akan aku lakukan untuk dia.
Siang itu aku baru saja selesai ujian praktek. Rangga
menjemputku,dan dia mengajakku main. Dan setelah 15 menit perjalanan,kami
sampai dirumah milik salah seorang teman Rangga,sebut saja Deni. Kami bercanda
sambil menonton tv dan mengemil. "Aku kangen..." Ujar Rangga sambil
memandangku. "Aku juga,akhirnya ketemu,hehe" Sahutku. "Aku
mau.." "Mau apa,Ngga?" "Aku mau ini ketemu itu" Jawab
Rangga seraya menunjuk mahkotaku dan kepunyaannya. Aku memandangnya sinis.
"Aku ga mau,aku takut" "Pakai ini" Rangga menunjukan
pengaman,ya,kondom. "Tapi aku takut,bentar lagi aku tes SMA. Ada tes
keperawanan" Aku menunduk. "Enggak,gak ada tes begituan. Percaya
deh,aku cinta sama kamu,Fa." Seketika aku luluh. Aku semakin takut
kehilangan Rangga. Dan,akhirnya hal itu terjadi. Aku tidak lagi suci.
"Argggh!!! Brengsek!" Teriakku di kamar. Aku
sadar dari lamunan 2 tahun yang lalu itu. Aku makin terisak tangis,merasa jadi
manusia paling tolol dan menghalalkan segala sesuatu karena cinta. Terlebih
semua impianku kandas. "Fa,tes akademik polisi sama akademik militer
susah. Nilai UN harus tinggi. Ah,padahal selangkah lagi nih!" Ujar temanku
saat dikelas tadi siang. "Yaelah,belajar lah,Na. Masih ada waktu kelas 3
nanti" Sahutku santai. "Haha iya sih. Eh,ada tes keperawanan juga
loh,buat yang cowok juga ada" JLEB!!!! Hancur rasanya semua
harapanku,mataku mulai berkaca-kaca mendengar penjelasan Ana barusan.
"Rangga bangsat!!!!!!!" Teriakku masih
didalam kamar setiap mengingat pernyataan Ana saat disekolah tadi. Ya,Rangga
meninggalkanku setelah berhasil membuatku jatuh sejatuh-jatuhnya pada dirinya.
Setelah dia mendapat semua dariku. Tubuhku,cintaku,semuanya. Setelah dia
berhasil membawaku ke sebuah hotel kecil dan melakukan semuanya sepuasnya
dia,dia memutuskan hubungan yang telah berjalan 1 tahun lebih ini.
Aku masih ingat,saat setahun yang lalu Rangga
mengajakku ke hotel,padahal kami sudah berpisah. Aku yang kondisinya masih
mencintai dia,masih mau ikut apapun yang dilakukannya. Tapi kali ini suasana
berbeda. Suasana yang awalnya sangat aku nikmati berubah saat Rangga tidur memelukku. "Apa bisa,Ngga,kita balikan lagi. Aku
udah lakuin semuanya untuk kamu,apa semua itu kurang,Ngga?" Tanyaku dalam
hati. Tak sadar air mataku mengalir. Aku menatap rangga sejenak,menerjemahkan
arti nanar wajahnya. "Aku udah hancur,Ngga. Dan kamu memilih berpisah. Aku
sakit,Ngga. Tega kamu ninggalin aku?" Pertanyaan-pertanyaan itu masih ku
tutup rapat dihatiku. Aku langsung berpaling dari hadapan Rangga dan kembali
tidur.
Tidak lama,kami berdua bangun. Aku langsung mengambil
handuk dan masuk ke kamar mandi. Rangga mengikutiku dari belakang. "Mau
ngapain? Aku mandi sendiri aja." Ucapku lembut seraya mengambil handphone
di meja. Rangga menurut,terlihat dari wajahnya,dia kecewa. Ya,memang biasanya
kami mandi berdua. Rangga sangat memanjakanku saat berdua seperti ini.
Saat di kamar mandi rasanya semuanya beda,aku merasa
benar-benar hancur. Iya,aku baru sadar,bahwa diriku telah hancur dan tidak suci
lagi. Dibawah shower,aku duduk dan merintih. "Ah sial! Lebay banget sih
gue,udah kayak di film-film aja!" Ucap hatiku yang masih saja melawan
perilaku anehku ini. Dengan diiringi lagu "Adele-Don't You Remember" aku masih duduk menangisi semua
kebodohanku selama ini.
"But don't
you remember? Don't you remember the reason you love me before? Baby please
remember me once more". Lirik lagu itu semakin membuatku ingin
menjerit. Aku berusaha kuat untuk segera bangkit dari tangisku. Dan keluar dari
kamar mandi. Dan disini,Rangga mulai berubah,dia seolah tidak menolehku saat
masuk ke kamar mandi. Aku menyiapkan pakaian Rangga agar setelah mandi ia bisa
langsung memakainya dan kita segera pulang. Semua yang biasanya penuh tawa,kini
hambar.
Selang sebulan,aku meminta Rangga untuk menemui ku
sepulangnya ia dari kuliah. Kami bertemu di restoran. Siang ini,aku akan
mengungkapkan apa yang tidak Rangga ketahui,semua tentang kesakitanku atas
mencintainya. "Udah lama?" Ucap Rangga saat menghampiriku. "Ngga
kok,baru. Ini makan." Hangatku. "Iya. Makasih ya. Oh iya,mau ngomong
apa sampai ngajak ketemu gini?" "Nanti aja,selesai makan kita
bahas." Rangga menikmati makan siang ini,sedangkan aku,mempersiapkan
mental untuk bicara semua sakit hatiku selama ini,semua kesakitan yang ku
sembunyikan selama 1 tahun lebih.
Rangga dan aku telah selesai dengan makan siang kami.
"Udah,sekarang kamu mau ngomong apa?" Tanya Rangga. Aku menghela
nafas panjang. Menatap Rangga,dan menunduk. "Aku mau jelasin soal selama
ini,tentang cemburunya aku,tentang semua hal yang bikin kamu bingung apa salah
kamu sampai aku sering mendadak diam. Iya,aku memilih diam,menutupi semua sakit
hati aku,aku mau jaga hubungan kita sebaik mungkin. Aku orang yang egois,emosi
aku tinggi,meledak-ledak kalo marah. Tapi untuk kamu,aku memilih diam. Aku
takut kita berpisah. Aku terlalu cinta sama kamu. Pertama,aku mau jelasin soal cemburunya
aku ke mantan kamu,Hasna. Mantan yang paling kamu cinta,yang selalu buat aku
jadiin dia sebagai rival. Harusnya ga begitu,tapi kamu yang buat semua perasaan
itu hadir. Kamu masih cinta sama dia bahkan saat usia hubungan kita udah 5
bulan. Kamu yang screen shot semua yang ditulis Hasna untuk kamu,aku marah,aku
mau putus,tapi aku tahan ego aku,aku gamau kehilangan kamu. Waktu kita pergi
dan ketemu Hasna,kamu lihat dia penuh kasih sayang. Bahkan saat kita buat
acara,kamu lebih milih sama dia,mesra-mesraan depan aku. Aku sakit,aku mau
putus. Tapi aku tahan,karna aku cinta kamu. Soal Dilla,cewe yang selalu
ngejar-ngejar kamu. Kamu ga pernah tuh coba ngomong ke dia biar dia jauhin
kamu,kamu cuma diemin dia atau terkadang nanggepin ganjennya dia. Aku tahan
amarah aku,untuk kita. Lalu soal mantan kamu,Septi. Yang masih berhubungan sama
kamu,aku tau kamu telfonan sama dia,smsan sama dia,aku tau semua kok. Tapi aku
tahan cemburu aku,aku mau putus,tapi cinta aku leburin semua sakit hati itu.
Soal Mareta,sahabat kamu. Dia cinta loh sama kamu,meskipun dia punya pacar. Aku
tahan emosi aku,aku tahan semua sakit hati aku,sampai akhirnya malam itu kamu
mutusin aku. Sakit? Ga usah ditanya. Kamu putusin aku dengan alasan gak
logis,aku terima. Aku rela,asal kamu bahagia. Tapi kamu gak pernah fikir gimana
perjuangan aku mempertahankan kita. Aku berhenti,Ngga. Ini titik keputus-asaan
aku. Aku nyerah dapetin hati kamu lagi. Nyerah perjuangin kita,karna selama
ini,aku berjuang sendirian. Aku cinta kamu,Ngga. Selamanya. Tapi aku juga harus
lanjutin hidup aku. Aku berhenti berharap hadirnya kamu yang terima aku apa
adanya." Aku berhenti bicara,air mataku sudah nyaris jatuh,tapi aku
menahannya.
"Udah?" Singkat Rangga. "Iya,udah"
Jawabku. "Cukup nyakitin buat aku kalimat barusan." Jelas Rangga. Aku
menatap mata Rangga,berkaca-kaca. "Dan aku gak nyangka,selama setahun
lebih ini,ternyata aku bukan pacaran sama kamu,tapi aku pacaran sama semua
kebohongan kamu. Makasih banget. Ada lagi yang mau kamu bicarain? Karna aku mau,setelah
ini,kita gak akan bahas soal cerita cinta kita lagi." Lanjut Rangga. Aku
hanya tersenyum menahan tangis.
Lamunanku terhenti ketika hujan mengguyur. Aku
menangis sejadi-jadinya. "Rangga brengsek!!!" Jeritku. Aku masih
tidak menyangka dia tega melepaskan aku setelah semua hal yang aku rela lakukan
untuknya. Setan apa yang dulu merasuki diriku hingga jatuh tersungkur dalam
jurang yang begitu dalam,jurang kekelaman,jurang penuh penyesalan. Dan kini,aku
menahan sendiri kemelut jiwa yang semakin membuat batinku hancur.
Aku bangkit dari lamunan ku,segera mempersiapkan diri
menuju kehidupan yang lebih menyenangkan. GUBRAK!!!
Suara cukup kencang itu membuat mama dan papa kaget dan langsung masuk ke
kamarku. Aku bangkit dari jatuhku,menatap sekitar yang tidak mempedulikanku.
"Apa lagi ini!!" Jeritku. Tidak ada yang mendengar. Membuatku semakin
putus asa. Dan tiba-tiba aku sadar ada suara isak tangis yang tidak asing lagi.
Jeritan sangat kencang terdengar. "Rafa!!!! Kenapa kamu tega nak tinggalin
mama begini!" Aku kaget mendengar pernyataan itu. Terlebih ketika
mendengar papa membacakan surat yang aku buat selama lamunan ku barusan.
"Mama,Papa.
Ketika mama dan papa baca surat ini,aku mungkin udah gak ada di dunia. Mama
papa terlalu suci untuk mendengar pernyataan kotor ini. Sebelumnya aku mau
minta maaf,terutama ke papa yang selama ini begitu mempercayakan aku sebagai
orang yang bisa papa andalkan. 2 tahun yang lalu,entah setan
darimana,menyeretku dalam jurang yang paling dalam. Aku udah gak perawan
mah,pah. Maafin aku,aku terlalu takut kehilangan Rangga,dan ternyata karena itu
aku kehilangan cita-citaku. Aku udah hancur,dan aku gak mau jadi beban mama
papa. Rangga hina aku habis-habisan,aku cape satu tahun putus dari dia gak
pernah dihargain sedikitpun sama dia. Aku malu sama aib ini. Aku pergi ya
mah,pah. Aku sayang mama papa. Tertanda,Rafa Naila Kinara." Dadaku
sesak ketika papa selesai membaca surat itu.
"Rangga brengsek!" Teriak papa. Papa
langsung mengambil handphoneku. "Mau ngapain,pah?" Masih dalam isak
tangis. "Mau telfon orang tua Rangga. Rafa pasti punya nomer
handphonenya." Kata papa dalam amarahnya. Tak lama,dari jauh sana menjawab
panggilan. Papa membentak dan marah sejadi-jadinya. Tak lama,ada mobil
diluar,aku kaget karena yang datang adalah keluarga Rangga.
Semua masuk kedalam kamarku. PLAK!! Tamparan keras mengenai pipi kiri Rangga. Papa menghujamnya
habis-habisan. Seperti orang kesetanan. "Dasar cowok brengsek! Manusia
jahanam! Binatang! Kamu bukan manusia! Bangsat! Setelah perawani anak saya kamu
tinggalkan begitu saya! Kamu hina dia,dan kamu buat hidup dia hancur. Sekarang
karena kamu juga anak saya mati! Bangsat!!!" Tonjokan keras menghujan pipi
kanan Rangga. Tidak ada yang melerai,semua tercengang. Bahkan kedua orang tua
Rangga,semua menangis.
Tunggu,apa tadi? Mati? Aku menunduk memandangi
sekitar. Astaga Tuhan,botol racun tadi ternyata benar-benar menghilangkan
nyawaku. Aku bersimpuh,menangis sejadi-jadinya. Sakit. Semua diruangan
menangisi mayat itu,iya,aku. Rangga tidak banyak bicara. Masih sama,seperti
orang tanpa dosa. Brengsek. Dan aku,hanya terdiam. Tidak ada yang bisa
mendengarku. Aku,telah meninggal.
Tamat
Komentar
Posting Komentar