Hara

If, enggak apa-apa. Itu enggak menyakitkan. Semua baik-baik saja. Apa yang kamu bilang. Apa yang kamu pikirkan. Itu menjadi kenyataan dan dipraktikkan. Aku harus melindungi diriku sendiri dulu dan mengenal diriku lebih dalam dengan baik. 

Enggak, aku tahu betul bahwa diriku sensitif dibanding yang lainnya, dan aku tahu diriku sendiri hingga terasa menakutkan untuk membayangkan bisa bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama, bahkan selama ini.

Jangan membuang energiku sendiri, wahai diriku, dan mari jaga diriku ini untuk selalu berpikir bahagia dan positif.

Aku merindukanmu. Aku selalu menelannya, enggak sanggup mengeluarkannya, dan menyimpannya dalam hati. Aku lebih putus asa daripada siapapun dan aku mau merasakannya, aku bahkan nggak bisa melepaskannya.

Aku lebih dari siapapun. Sakit, tahukah itu? Iya, aku bisa terluka. Aku bahkan lebih dari layak untuk terluka. Terlalu pantas untuk ditinggal sendirian daripada menyiksa hati lainnya untuk bersamaku.

Aku minta maaf pada semua orang karena harus hidup bersama aku dengan waktu yang sangat lama dan penuh tekanan.
Aku benar-benar meminta maaf bahkan membiarkan orang-orang terjebak hidup bersamaku.

Nggak apa-apa, kasih aku waktu untuk merampungkan seluruh rencananya, ya?

Aku akan kalah dari semua ini, bahkan perang dengan diriku sendiri, aku akan pergi jauh tanpa pamit, mungkin?

Bagian terberat adalah belajar untuk nggak lagi berjalan mengarungi hidup bersamamu.

Tapi hidup nggak cuma soal menang, kan? Seenggaknya aku pernah menang untuk hidup bersamamu mengukir cerita yang (aku harap) amat berarti bagimu.

Maaf karena meninggalkan jejak sebagai pecundang yang nggak mencintai dirinya sendiri, yang terlalu obsesif dan mudah hilang kendali untuk menjaga yang ku cintai.

Semua orang berhak menyerah untuk aku, maka aku akan membiarkannya, aku akan memberi waktu sampai kesakitan itu cukup dikatakan sembuh.

Izinkan aku berjuang dikemudian hari, ya?

Atau paling nggak, aku bakal melangkah untuk benar-benar jauh dari mereka yang mengenalku.

Aku enggak pernah sanggup untuk menjalani semua ini tanpa ada kamu yang menungguku atau aku tunggu.

Pulang dengan keadaan sesak penuh lumpur kegagalan sangatlah pelik, ya.

Tapi nggak apa, sama sekali gak apa-apa kalau itu cara orang-orang mencintai dirinya sendiri.

Aku akan belajar tentang semua nilai kehidupan yang sudah kamu ceritakan padaku, semuanya. Aku akan jadi lebih baik setelah ini.

Mungkin memang benar, kehilanganlah yang harus mengajarkan arti segalanya, supaya percaya itu timbul dan kembali seperti awal lagi.

Tapi, berhakkah aku menunggu? 

24 Juli 2020

Komentar

Postingan Populer