Menuju Perayaan Paling Meriah 1
Kecuplah aku sebelum hari-hari penuh duka itu menyertaiku, akan ku kenakan pakaian terbaikku tuk menyambut kehilanganmu.
Wewangian itu lekas ku serahkan padamu, sekujur tubuh yang telah kau dekap dengan aroma kehancuran.
Jurang yang sempat ingin ku terjang telah kau larang, lewat senyummu ku tahui bahwa aku masih harus berjuang lebih lama.
Maka terima kasih, atas sengsara yang kau tunda meski ciptakan getir yang lebih parah setelahnya.
Ku sadari bahwa aku tak layak diberi hati dan kebahagiaan, tetap ku ujar sekali lagi betapa aku berterima kasih sempat merasakan peluh yang diusap halus olehmu itu.
Sempat hilang, dan tak lagi mati rasa. Sayangnya, aku tetap tak menerima diriku sendiri.
Iya, aku menolaknya setelah sempat kau beri bahagia, sebab setelah kau mengetahui siapa diriku, kau berhenti, seperti yang lainnya.
Kau pasti bertanya-tanya mengapa luka itu kian menganga? Sedang aku menghardik dirimu, menolak hadirmu yang dengan lembut ingin menyembuhkan segala penat.
Tidak, aku bukan tak ingin bahagia. Tenang saja, aku masih manusia.
Aku hanya membentengi diriku supaya tak lagi terluka dengan alasan yang sama saja.
Ku hancurkan segala rasamu yang telah diramu suka cita, mencoba menerimaku hanya akan melukis duka lebih dalam lagi, bukan?
Dan aku yang melihat bagaimana kasihmu, menolak tuk memberi air mata yang lebih parah dari ini.
Iya, aku memang seorang yang begitu menyedihkan, ku poles sendiri segala luka yang bernanah, ku tolak segala rantai tuk merenggang, ku biarkan air mata mulai berdarah, asal bukan melukaimu sebab semakin mencintaku lewat betapa aku ingin menjagamu.
Mimpiku telah usai, terima kasih telah menyembuhkanku dan memperlakukan aku lebih baik.
Bagiku, bahagia ialah definisi yang terlalu sulit untuk dijelaskan. Pada akhirnya, aku akan tetap hidup untuk kesalahan, yang menghasilkan kekalahan.
Iftihal Muslim Rahman
Di tengah kota, 5 Oktober 2020
Tawamu waktu itu membuatku tenang, seperti alunan simponi yang menenangkan pendengarnya.
BalasHapusKasih, tak usah kau ragukan apa yang membuatmu menjadi keliru, percayalah semua akan indah pada waktunya.
Tak akan pernah ada keindahan dalam masa depan yang dimulai lewat penghianatan.
Hapus