Menuju Perayaan Paling Meriah 5
Aku terus merias wajahku yang kian lusuh menyaksikan diriku yang dikoyak dalam nanar
Apakah akan selalu sama kisahnya menyelundupkan aku pada penderitaan dan duka terdalam
Aku ingin terus mendekapmu, namun belati itu mengenai nadiku, dan aku sekarat jika tak mengusaikannya
Akan aku kecup engkau tuk terakhir kalinya, menjelaskan padamu bahwa diamku bukan berarti cinta telah usang
Aku masih sama seperti wanita yang menerimamu dengan lengan terbuka, yang menatapmu penuh bahagia
Tak ada yang berubah, hanya sadar diriku tak akan mungkin sanggup kau telaah, bahkan kau terima
Bukankah aku hanya mainan setelah berhasilmu dimaafkan?
Tidak, kau bukan lagi sosok asing yang membuatku getir seperti malam itu, namun kau menyempurnakan duka
Belum sembuh air mataku, namun ia sudah habis lagi sebab kau melaratkan hatiku yang bergantung padamu
Tak apa, sama sekali tak apa, sungguh tak apa. Aku memang tak pantas dengan segala kurangku, tersungkur..
Aku ketakutan dengan lukisan duka paling dalam, namun ku sadari lagi, akan lebih menyakitkan membuatmu bertahan dalam kesalahan
Aku akan tetap kalah.
13 Oktober 2020, Iftihal Muslim Rahman
Komentar
Posting Komentar