Menuju Perayaan Paling Meriah 2

Kau belum juga begitu memahami, betapa aku meracau sendu tiap langit tak lagi membiru. Detik demi detik ku lalui dengan jalanan penuh duri, bodoh katanya, sudah tahui akan kesakitan tapi memilih untuk tetap berjalan. 


Kau paham bukan? Hati bukan urusan dipilih kepada siapa dan untuk apa. Untuk apa kau berdiam diri jika untuknya kau hadirkan hal yang sama bahkan lebih dari itu.?


Tidak, aku tidak jahat. Aku hanya melindungi diriku dari luka yang lebih hebat.


Bagaimana bisa kau datang dalam keadaan begitu sekarat, namun sembuh tanpa sentuhanku sama sekali. Iya, bukan aku sayap yang bisa menerbangkan segala asamu. Terlambat aku mengerti bahwa rasamu sebatas tak ingin lagi terpuruk pada kesalahan.


Jangan lagi lindungi perasaanku. Mimpi yang pernah kau ceritakan bahwa aku memohon untuk kau jaga, hanyalah khayalan dan omong kosong. Aku tak ingin, bahkan jikapun ingin, aku sama sekali tidak layak untuk dikasihani. Maka melangkahlah dan bahagiakan ia yang tak seharusnya kau duakan


Biarkan aku sembuh dengan sendirinya, tak perlu kau menarikku dari lumpur hidup ini meski harus mati, aku akan memilih untuk sendirian. Kau tak akan sanggup melewati aku dengan masa laluku yang terlampau runyam. Kau tak akan pernah memahami bagaimana segala kekejian itu ku lalui dengan tangan terbuka.


Kala kau tanya tujuan dari segala goresan yang ku buat, jawabannya hanya untuk bersenang-senang tanpa cerita lain. Sebab bagiku, detik itulah aku merasa bahwa aku layak didekap erat. Lagi pula, aku hanya ingin membuktikan pada semesta bahwa apa yang mulut-mulut itu racaukan adalah kebenaran, hingga aku tak perlu menjelaskan apapun lagi.


Aku akan mengenangmu sebagai yang paling ahli menyentuh sukmaku, sebagai engkau yang membuatku jatuh hati dan merasa aman, sebagai engkau yang sanggup membuatku bagai ratu di istana yang susah payah kita bangun sesingkat kemarin. 


Peluh dan keluh hanya akan ku ceritakan tentang bagaimana aku harus sadar diri pada takdir, dimana aku tak akan pernah menjadi ratu untuk raja manapun. Akan selalu sama, semuanya memilih pergi dari kekacauan diriku.


9 Oktober 2020, Iftihal Muslim Rahman

Komentar

Postingan Populer