Ketika Saya Mencoba Untuk Mengikhlaskan (Lagi)


Saya hanya berusaha menjadi yang terbaik,menjadi alasan mengapa dirinya merasa bahagia. Hanya itu yang dapat saya lakukan. Diantara ribuan gadis yang menyayanginya,saya yakin banyak yang hatinya lebih dalam menyayanginya. Namun apakah ada wanita lain yang kuat bertahan dalam setiap getir kesakitan atas kekecewaan yang ia lakukan?
Saya paham,dan saya mengerti. Bukan kesalahannya jika ia tak bisa mencintai saya,seperti ia mencintai masa lalunya. Saya pun tau,cinta pertama selalu indah untuk dikenang. Masa dimana kita mengerti apa itu merasa saling memiliki,masa saat bahagia timbul hanya dengan melihatnya dari kejauhan atau hanya sekedar menghirup aroma parfumnya dari kejauhan.
Saya juga pernah jatuh cinta sebelum ini,kepada cinta pertama saya. Ya,senior saya di organisasi saya semasa saya SMP. Ia adalah kenangan indah yang tidak dapat saya lupakan. Di tempat tinggal saya sekarang ini,terdapat begitu banyak kenangan manis yang mampu membuat saya merindukannya setiap saat.
Ketika kami putus,butuh waktu yang lama untuk saya menyembuhkan hati,memulihkan diri dari kesakitan yang teramat dalam. Berulang kali saya berkata,bahwa saya tak akan sanggup untuk melupakan dirinya,cintanya,serta kenangannya. Namun saya salah. Saat itu,saya belum terlalu dewasa menyikapi hal ini.
Hingga saya sampai pada titik kedewasaan,dimana saya merasa hidup saya harus pulih sebahagia dulu. Saya punya keluarga yang teramat sempurna,saya punya sahabat yang selalu ada untuk saya,saya punya banyak teman yang mampu menghibur saya,saya punya segalanya yang bisa membuat saya bahagia. Hingga akhirnya saya sadar,bahagia memang dibuat oleh diri kita sendiri,bukan beralasan karena suatu hal. Bersyukur,hanya itu cara agar kita selalu bahagia. Tuhan telah memberikan semua yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan. Karena yang kita inginkan,belum tentu diridhoi oleh Nya.
Saya benar-benar bangkit dari kesakitan. Ketika saya bilang,mengapa yang saya cintai tidak pernah tau betapa berat berkorban sebegini kerasnya,pelatih saya menjawab,”He’s know,maybe he’s don’t care. But don’t cry,kamu punya semua hal untuk bahagia,gak cuma dia”. Kemudian saya juga pernah bilang,mengapa begitu sulit melupakan orang yang saya cintai,senior saya menjawab,”bukan orangnya yang sulit untuk kamu lupakan,tapi kenangan yang terjadi selama kalian berhubungan. Sekarang kamu belum menyadarinya dan bersikeras meyakinkan diri bahwa kamu mencintainya dan tidak bisa melupakanya,tapi suatu saat kamu pasti akan menyadari,kenangannyalah yang sulit untuk kamu lupakan. Ikhlas,hidup ini terlalu singkat untuk dibiarkan terus mengais masa lalu.”
Dan sejak itu perlahan saya menyadari,bahwa saya mampu bangkit. Saya pun naik ke permukaan bahagia yang banyak orang bicarakan. Predikat move on pun saya raih. Sayangnya,meraih bahagia tidak semudah itu. Saya move on kepada laki-laki yang belum move on dari masa lalunya. Itu sangatlah hal yang menyakitkan. Karena saya begitu sulit untuk move on.
Saya berjuang sendirian,meyakinkan diri bahwa saya kuat membuatnya bangkit dan bahagia seperti yang saya rasakan kini. Sedikit demi sedikit kebahagiaan saya torehkan dalam benaknya. Saya hanya ingin membuatnya bahagia,hanya itu. Karena kini,hanya itu yang ia butuhkan. Terlalu jauh jika saya menginginkan dirinya mencintai saya juga. Saya mengerti,sangat sulit meyakinkan hati untuk bilang bahwa telah ada sosok lain yang membuatnya berhasil mencintai hati yang lain.
Begitu lama prosesnya,saya bertahan sekuat tenaga terus membuatnya bahagia. Kadang saya mengeluh,tak jarang saya menangis,ya. Saya kelelahan atas perjuangan ini. Tapi saya terlalu mencintainya,hingga begitu untuk pergi menjauh. Saya tidak mungkin mengikhlaskannya begitu saja,belum genap satu tahun saya berjuang mati-matian untuk mengikhlaskan,pasti sulit untuk mengikhlaskan lagi.
Sampai akhirnya saya harus menerima kenyataan. Saya pernah bilang pada semua sahabat saya “Aku tidak ingin merasakan sakit seperti ini lagi,adakah sakit yang lebih dari ini nantinya? Sungguh aku tidak akan kuat menahan bebannya” Saya mengeluh dengan lirih saat masa lalu yang saya cintai harus pergi meninggalkan hidup saya.
Dan akhirnya,saya merasakan sakit yang lebih pedih dari yang dulu. Hati saya meronta-ronta merintih memohon pertolongan. Namun,kali ini saya tidak ingin terlihat lemah. Saya membiarkan diri ini menahan sakit itu sendiri. Saya ingin terlihat lebih kuat,meskipun beban yang saya pikul jauh lebih menyiksa dari masa lalu. Saya masih sanggup terlihat tegar.
Saya tau,ini semua salah saya yang membiarkan hati ini mencintai dia yang cintai wanita lain,masa lalunya,cinta pertamanya. Dan inilah titik dimana saya harus merelakan apa yang belum sempat saya miliki,pergi dari kehidupan saya. Saya ikhlas. Meskipun berat,tapi saya yakin Tuhan pasti membantu saya. Karena Tuhan tidak akan membiarkan umatnya tersungkur lebih dalam dari yang ia mampu. Tuhan tau saya kuat,lebih kuat dari insan lain. Maka dari itu,kesakitan yang saya terima pun melebihi intensitas insan lain pada umumnya.
Tapi saya yakin,masih ada yang merasakan sakit melebihi saya,bukan hanya saya yang paling menderita. Jadi saya tetap bersyukur. Karena Tuhan tidak akan memisahan yang baik,kecuali digantikan dengan yang lebih baik.
Dan kini saya hanya mampu menyendiri merasakan sakit yang tidak sanggup untuk saya jelaskan. Sakit ini terlalu menyayat,sesaknya tak mampu saya deskripsikan. Yang pasti semua terasa sakit.

Komentar

Postingan Populer