Surat Kosong

Oleh: Iftihal Muslim Rahman

Aku sering mempertanyakan untuk apa aku dilahirkan hingga menjadi sebesar ini, untuk apa kelahiranku terjadi dan mengapa tidak mati saja dalam kandungan atau dibunuh saja? Apakah kelahiranku diinginkan atau hanya sebatas ketakutan dari cap seorang pembunuh?

Mereka tak pernah tahu bagaimana aku, dunia tak pernah memahamiku. Lorong-lorong hidup mencekamku supaya aku menyerah saja. Mengapa jadi dosaku untuk menghentikan hidupku? Sedang sedari dalam perut harusnya aku sudah bisa dibunuh. Mengapa jadi aku pembunuhnya?

Banyak mulut bertanya, jika aku bisa mengulang waktu, dimana waktu yang aku inginkan supaya berubah semua penyesalan? Aku selalu menjawab tak ada sebab ku pikir hidup akan sama saja. Ternyata aku salah, aku akan mengubahkan. Aku ingin kembali saat dimana aku sedang dalam perut dan mati begitu saja, dengan begitu tak akan pernah ada penyesalan dalam hidupku, dengan begitu aku bisa menunggu waktuku di surga, dengan begitu segalanya akan lebih damai daripada carut-marut yang aku alami saat ini.

Sebab masa kecilku sangat nahas. Aku benci masa kecilku. Masa remajaku sangat mencekam. Aku benci masa remajaku. Masa dewasaku sangat menyedihkan. Aku benci masa dewasaku. Aku tak pernah benar-benar bahagia. Tak pernah ada yang membahagiakanku dengan sungguh, semua adalah semu. Aku dituntut mencerna bahagiaku sendiri, sedang aku manusia biasa yang cukup lelah jalani semuanya seperti sendirian.

Aku masih belum bisa memahami untuk apa aku hidup jika tak ada yang benar-benar menyayangiku, jika tak ada yang benar-benar mencintaiku, jika tak ada yang benar-benar membahagiakanku. Aku sungguh lelah hidup berpura-pura.

Iya, berpura-pura baik-baik saja, berpura-pura tenang, berpura-pura tersenyum, berpura-pura bahagia. Padahal, dalam hatiku hanya ada rasa gusar, sedih dan penderitaan. Aku bahkan membenci diriku sendiri dan aku dipaksa tetap menyayanginya, sebab tak ada yang menyayanginya. Aku mengasihani diriku sendiri.

Sungguh miris bukan, hidup dalam kehampaan yang terperosok dalam lubang hitam tanpa tepi. Aku kacau sendirian. Aku, sendiri.

Juni 2020

Komentar

Postingan Populer