Bekasi Kota Para Kapitalis?



BEKASI KOTA PARA KAPITALIS?
 Oleh : Iftihal Muslim Rahman

Indonesia merupakan negara kesatuan, dimana setiap kota mempunyai perannya masing – masing untuk kepentingan negara. Bukan seperti negara serikat yang setiap negara bagiannya mempunyai peran untuk negara bagian tersebut. Indonesia mempunyai kota – kota besar yang menjadi daya tarik tersendiri bagi setiap pulau yang ada di negara ini.
Seperti Jakarta, Bekasi, Karawang, Bandung, Surabaya, Bali, Medan, Yogyakarta dan Papua. Dimana setiap daerah tersebut mempunyai peran yang berbeda bagi Indonesia. Jakarta sudah jelas sebagai ibu kota, kemudian Karawang sebagai kota industri, Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota wisata, Bali dengan destinasi alamnya yang menjadi kota wisata, Papua dengan hasil tambangnya yang melimpah sebagai kota pertambangan.
Bagaimana dengan Bekasi? Bekasi merupakan kota yang terkenal di Indonesia. Masih tidak asing pastinya dengan “Planet” dan bully – an lainnya tentang kota yang satu ini. Ya, Bekasi memang daerah yang jauh dan penuh dengan kemacetan hampir di setiap pertigaan atau perempatannya. Bekasi mempunyai banyak gedung – gedung besar, mall yang sudah tidak perlu diragukan lagi elegan – nya. Tidak hanya kotanya yang menarik, kabupaten Bekasi pun juga sangat menarik.
Kabupaten Bekasi memang yang paling sulit dijangkau karena jarak yang sangat jauh serta kemacetan yang tidak kalah dengan Jakarta. Belum lagi di kabupaten ini berisi banyak pabrik. Bekasi harus menjadi perhatian bagi pemerintah, karena kota yang memiliki kira – kira 16 mall yang belum termasuk Hypermarket dan Wholesale.
Sedangkan taman terbuka yang ada di Kota Bekasi sendiri hanya memiliki satu taman, tepatnya Alun – Alun Kota Bekasi yang terletak di depan Masjid Agung Kota Bekasi. Ini memang harus menjadi perhatian Pemerintah Kota Bekasi, karena bagaimana pun juga warga Bekasi tidak hanya tinggal di dalam tempat yang beratap, tetapi juga di luar ruangan. Siapa yang tidak tau betapa panasnya Bekasi, apalagi Kabupaten Bekasi yang jelas sangat panas karena berdiri begitu banyak pabrik.
Fasilitas kehidupan yang hijau dengan banyak taman memang impian warga Bekasi, kemacetan dan polusi yang sudah tidak asing lagi memang membuat warga sendiri jenuh dengan keadaan daerah mereka sendiri. Hal tersebut memang sangat mempengaruhi psikologis para pengguna jalan dan para pekerja yang terus berada di luar ruangan pasti menjadi stress, namun hal tersebut harus mereka jalani karena mereka harus menyambung hidup mereka.
Banyak protes hingga hinaan para warga Bekasi, yang biasanya berbicara lewat sosial media. Hal tersebut wajar mengingat pemerintah yang seperti enggan untuk mengatasi masalah ini. Beberapa beranggapan bahwa Bekasi bukanlah kota yang membuat bahagia, hingga membandingkan kota ini dengan kota yang lain.
Padahal sebenarnya kota ini sudah mempunyai perannya masing – masing. Kita bisa melihat bagaimana setiap kota mempunyai peran bagi negara. Karena sesuatu hal terjadi bukan tidak memiliki alasan atau asal terjadi. Pemerintah Kota pasti sudah mempertimbangkan apa yang harus dijalankan di kotanya. Hal itu tak lain juga untuk kepentingan warganya. Kasarnya , “Jika tidak nyaman dan tidak bahagia mengapa tidak pindah saja?”. Forum diskusi harusnya dilakukan antar masyarakat ataupun mahasiswa yang berada di kota atau kabupaten ini.
Bekasi seperti Kota Kapitalis. Kota Metropolitan. Gaya hidup yang sudah tidak perlu ditanya lagi di kota ini, UMR Kota Bekasi pun cukup besar dibandingkan dengan kota lainnya. Karena memang seperti itulah Kota Bekasi di rancang. Kota Bekasi sebagai Kota Komersial dan Kabupaten Bekasi sebagai Daerah Industri.
Banyak pihak yang diuntungkan, bukan hanya para penguasa tetapi juga untuk warganya. Bayangkan bagaimana bila gedung – gedung diruntuhkan dan di ubah menjadi taman kota, akan dikemanakan para pekerja yang tadinya bekerja disana? Hal tersebut juga sebagai pembuka lapangan kerja. Karena yang tinggal di Bekasi pun sekitar 11.000 jiwa per kilometer persegi serta memiliki 12 kecamatan. Luas kotanya sekitar 210 kilometer persegi.
Miris ketika melihat mereka yang menghina atau menghujat kotanya sendiri padahal mereka hidup di kota tersebut dan bergantung pada kemakmuran kota tersebut. Bukan hal yang salah ketika menyuarakan keluhan atau tuntutan, dalam sistem politik hal itu merupakan proses untuk mendapat output sebuah kebijakan atau solusi dari masalah tersebut.
Tapi jauh lebih baik jika warga sendiri ikut bergerak untuk ikut serta melakukan perubahan. Seperti wilayah yang panas dan penuh polusi, mulailah menggunakan angkutan umum untuk mengurangi polusi tersebut. Sampah yang membuat bencana alam juga harus dikurangi dengan membuang sampah pada tempatnya bukan di jalan apalagi di sungai. Bisa juga membuat taman di rumah masing – masing, minimal untuk rumah sendiri mempunyai kenyamanan dan kesegaran sendiri. Belajar membuka forum diskusi agar suara tidak hanya menjadi kicauan belaka namun dapat tersalurkan dan di dengar pemerintah.
Memulai dari sesuatu yang kecil jauh lebih baik dan bermanfaat. Karena pemerintah tidak bisa bergerak sendiri, harus ada masyarakat yang ikut berkontribusi untuk melakukan perubahan. Karena tempat ini bukan hanya untuk pemerintah tinggal, tetapi juga untuk masyarakat yang menempatinya.

Komentar

Postingan Populer