Benteng Pertahanan


Benteng Pertahanan
Oleh: Iftihal Muslim Rahman

Aku mencintainya selalu dalam bisuku.
Aku tidak mampu mengungkapkan apa yang aku rasakan.
Sekalipun ia selalu menerka bahwa ada rindu di hatiku.
Aku masih saja bisu. Aku tahu,bukan aku yang dia mau.
Namun kedekatan kami selalu menjadi alasan aku mempertahankan cinta ini.
Aku yakin Tuhan akan memberi jalan untuk hambanya yang tulus mencintai.
Kadang terbesit dalam benakku untuk berusaha menjadikannya milik ku.
Meski kadang ada jalan,tapi aku tetap menutup diri.
Aku masih saja membentengi perasaanku ini untuk bertahan dalam diam.
Apakah dalam sunyi ia juga ikut mendoakanku seperti aku yang slalu merindukannya?
Tuhan, seandainya cinta dapat memilih kemana ia akan berlabuh.

Malam itu,ia menatap atap rumahnya. Membayangkan betapa bisa rasa cinta tumbuh padahal diawali dengan amarah. Ia menatap langit-langit kamarnya dengan butiran-butiran cair di matanya. Menatap setiap kenangan yang menorehkan cerita singkat dengan makna begitu indah. Makna yang membuatnya yakin masih ada bahagia setelah luka. Masih ada cinta setelah sakit hati.

Kenangan itu terukir dengan jelas,kenangan yang membuatnya mulai berfikir; untuk apa berjuang bila tidak diinginkan,untuk apa bertahan diatas kesakitan. Tapi ia harus segera sadar,bahwa kesalahannya terlalu lama memendam. Memendam rasa yang harusnya terungkap,bukan menjadi beban bagi dirinya.

Wanita itu fikir tadinya tidak ada yang lebih menyakitkan dibanding "rindu tanpa suara". Ya,rindu para mantan kekasih yang merindukan masa lalunya yang telah bahagia bersama orang lain. Tapi dia salah,ternyata "mencintai tanpa suara" jauh lebih menyakitkan.

Namanya Iftihal,wanita yang sangat angkuh terhadap laki-laki sejak sakit hatinya ditinggal Sang Mantan. Dia menutup rapat hatinya hanya untuk satu nama yang tak pernah ingin kehadirannya lagi dalam hidupnya,Zhulham. Laki-laki yang dicintainya itu adalah laki-laki yang mampu membuatnya jatuh cinta untuk pertama kalinya. Melakukan apapun atas dasar cinta. Rela berkorban dan bertahan meski tahu tak dihargai. Mencintai dengan ikhlas padahal tau tanpa balas. Tapi ini bukan tentang merelakan atau melupakan. Ini masih tentang perjuangan.

Masa-masa SMA memang masa-masa terbaik dalam hidup. Pertama kali merasakan cinta sesungguhnya,pertama kali merasakan sakit hati sebenarnya,pertama kali punya KTP,pertama kali memiliki kisah indah tersendiri dalam hidup. Setelah kurang lebih satu tahun belajar hidup tanpa Zhulham,Iftihal memang mencoba menenangkan hatinya dengan tidak membuka hati sebelum hatinya benar-benar sembuh dari luka. Banyak laki-laki yang mendekatinya,dan semua jelas jauh lebih baik dari Zhulham.

Berkali-kali ia bercerita kepada sahabatnya bahwa ia dekat dengan laki-laki. Tapi diantara mereka semua tidak ada yang bisa menghapus nama Zhulham. Lelah. Satu kata yang menggambarkan hati para sahabatnya. Mereka bukan bosan mendengar curhat Iftihal tentang Zhulham. Tapi mereka kesal,Zhulham yang jahat mencampakkan Iftihal begitu saja dan menyakitinya berulang-ulang kali masih saja dipujinya. Hingga suatu hari apa yang tak diduganya bisa terjadi menjadi terjadi,karma menghampiri Iftihal.

Iftihal kenal betul wajah itu,wajah yang dulu sangat dibencinya,benci yang hingga kini tidak ia tahu apa sebabnya. Dia ada diantara kerumunan almamater merah marun,almamater yang menandakan bahwa mereka adalah anggota OSIS. Dan itu dia,ketua OSIS yang masih satu angkatan dengannya yang pernah punya masalah dengannya karena razia beberapa waktu lalu. Singkat saja,acara razia berlangsung,handphone Iftihal terkena razia,dan begitu dikembalikan,semua datanya hilang. Memang bukan kesalahan OSIS,tapi tetap saja itu membuat Iftihal makin benci terhadap OSIS. Dan semakin benci terhadap ketua OSISnya.

Data di handphonenya sangat penting baginya. Semua cerita tentang Zhulham ada disana,semua cintanya,bahagianya,kesedihannya,semua ada disana. Dan apa yang ia jaga baik-baik selama ini,hilang di tangan orang lain.

Ketua OSIS bernama Wahyu itu sempat ingin meredakan emosi Iftihal yang disertai tangis itu. "Bukan OSIS yang razia handphone lu,tapi--" "Diem lo iblis! Gak usah ngomong lagi! Pergi lo! Muak gue liat lo! Pergi!" Belum sempat Wahyu menjelaskan,Iftihal langsung mengusirnya. Ia pun pergi dari kerumunan teman-temannya itu. Semua temannya tahu bahwa data itu sangat penting baginya,data itu seperti sumbu hidupnya yang sudah hancur.

Satu-satunya semangat hidupnya. Satu-satunya perantara yang menghantarkan Iftihal pada semua kenangan terhadap Zhulham menjadi kembali nyata. Dan kini hilang. Jelas saja sahabat dan teman-temannya merasa iba. Iftihal sudah terkenal betul dengan kesedihannya atas kehilangan Zhulham. Semua tahu betapa setianya Iftihal terhadap Zhulham. Bukan terlalu berlebihan. Tapi ada hal yang hanya Iftihal dan Tuhan yang tahu mengapa Iftihal sebegitu setianya terhadap Zhulham hingga menjaga hatinya hanya untuk satu nama. Hingga ia menutup hati rapat-rapat untuk siapa pun yang mau singgah.

Setelah sebulan dari kejadian itu,Iftihal mulai sering memperhatikan Wahyu. Tadinya karena wajah Wahyu hampir mirip dengan pacar baru Iftihal yang bernama Oki. Namun pandangannya terhadap Oki berbeda saat melihat Wahyu. Kharismatiknya Wahyu membuat Iftihal jadi--. Entahlah apa yang dirasakannya. Iftihal terus menolak akan apa yang di rasakannya. Ia tidak ingin perasaan itu tumbuh. Tapi semakin ia mencoba melawan,perasaan itu semakin ada. "Ih gila,mana mungkin perasaan ini tumbuh!?" Keluhnya dalam hati setiap mengingat wajah ketua OSIS itu. Bagaimana ia tidak heran,ia bahkan belum memiliki rasa tertarik seperti ini kepada Oki,tapi justru merasakannya pada Wahyu.

Siang itu, ia menghampiri Wahyu ditemani sahabatnya,Icha. "Gue tadi dipanggil pembina lo." Singkat Iftihal. "Gue bener-bener gak tau kalau nyokap gue maki-maki lo dipengambilan rapot kemarin. Gue emang cerita ke nyokap bokap gue,tapi ga pernah nyuruh dia dateng dan maki-maki lo. Gue juga tau ini dari pembina lo yang jelasin soal kejadian itu. Gue wakilin nyokap gue,minta maaf soal kejadian itu. Dan soal gue yang tempo hari maki-maki lo,gue juga minta maaf banget." Jelasnya.

Ia menatap mata Wahyu sesaat. Ia melihat ada bahagia disana. Yang mampu dirasakannya ketika melihat Zhulham. "Iya gak apa-apa,If." Ucap Wahyu yang mengagetkannya dari lamunan. Mereka berbincang cukup lama,Iftihal senang menatap mata yang ada di hadapannya. Ia senang mendengar Wahyu bercerita,dan ia tahu,ia menyukai Wahyu. Bahkan Icha sampai dicuekin saking fokusnya Iftihal dengan Wahyu. Hingga saat bel masuk berbunyi,Iftihal baru menyelesaikan perbincangannya dan bersama Icha kembali ke kelas mereka dan Wahyu masuk ke kelasnya.

Sahabat memang salah satu kebutuhan penting selain keluarga dan kekasih. Begitu juga Iftihal yang nyaris mati karena sakit hati,bisa sadar bahwa hidup tidak seburuk itu. Bahwa Tuhan selalu punya rencana dibalik sakitnya cobaan hidup. Siapa lagi kalau bukan sahabat yang menyadarkannya. Karena tidak mungkin keluarganya diceritakan hal sekonyol cinta monyet seperti ini.

Sebut saja Awa-Awa, keluarga kecil Iftihal di sekolah berjumlah sembilan wanita cantik. Icha, Ira, Rara, Elita, Elisa, Gadhink, Yuni, dan Mimi. Tidak hanya di sekolah,tapi dibanyak kesempatan pun mereka selalu bersama. Mereka berkumpul hampir disetiap jam istirahat dengan lengkap,kecuali ketika ada banyak tugas di kelas masing-masing. Karena hanya di waktu ini mereka bertemu sapa dengan waktu lama. Berbeda kelas dan berbeda jurusan tidak mengalahkan mereka untuk selalu bersama. Siang itu di jam istirahat ke dua,Iftihal mulai memikirkan tentang rasanya pada Wahyu. Bersama-sama sahabatnya itu,ia mencoba mencari tahu apa yang terjadi pada hatinya.

"Lu semua percaya karma gak sih?" Tanya Iftihal memulai pembicaraan saat semua sibuk dengan handphone dan makanannya masing-masing. "Percaya aja sih." Jawab mereka satu persatu. "Terus percaya kalo terlalu benci bisa jadi cinta?" Semua menatap tajam Iftihal. "Kenapa? Kok begitu liatin guenya?" Tanya Iftihal yang mulai merasa takut. "Gue kayaknya tau nih." Icha semakin menajamkan pandangan. "Wahyu?" Iftihal kaget mendengar pertanyaan Icha. "Hah,ngga. Apaan sih,Ca!" Ia mulai tidak jujur dan menyembunyikan perasaannya.

"If,lo suka sama Wahyu?" Tanya Ira. "Eh tapi kan Wahyu punya pacar,itu si Syifa yang sekelas sama Yuni" Ujar Gadhink. "Gue juga tau dia udah punya pacar,makanya jangan ngaco duga gue suka sama dia." Kata Iftihal. "Jujur aja udah sih. Kalo suka juga emangnya kenapa? Bagus kan berarti lo udah move on dari Zhulham?" Santai Rara. "Udah ih apaan sih jadi pada ngaco!" Iftihal semakin malu. Iftihal sempat tidak mau jujur,karena malu telah menyukai laki-laki yang sudah ia hina habis-habisan. Akhirnya Iftihal pun jujur dan menceritakan semuanya pada Awa-Awa karena mereka semua mendesak Iftihal untuk jujur siapa laki-laki yang berhasil membuatnya jatuh hati. Setelah mengetahui laki-laki itu adalah Wahyu mereka langsung saling meledek.

Awa-Awa tahu betul kalau Iftihal sangat benci dengan Wahyu,bahkan saat dulu Wahyu berorasi untuk menjadi ketua OSIS di atas podium sekolah dan di depan kelas Iftihal,Iftihal menghinanya habis-habisan. "Turun lo! Gak pantes lo jadi ketua OSIS! Dasar manusia gak jelas!" Ujarnya ketika Wahyu berorasi di atas podium. "Heh,jangan terlalu benci lo. Nanti jadi cinta baru tau rasa!" Ujar Rara. "Keluar lo,ngomong doang lo ah! Berisik!" Kata Iftihal saat Wahyu berorasi di depan kelasnya. Rara pun mengatakan hal yang sama lagi ketika berbicara di lapangan tadi. Dan kini,karma itu datang.

Tadinya ia kebingungan harus bagaimana agar bisa dekat dengan Wahyu. Tapi dengan mudah Iftihal mendapatkan pin BBM Wahyu dari Icha yang memang terkenal SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) dengan banyak orang. Awalnya ketika ia sudah mendapatkan pin BBM lelaki yang dicintainya,ia bingung harus memulai percakapan bagaimana.

Dan setelah memberanikan diri untuk memulai percakapan,Iftihal pun jadi terbiasa dengan sekedar basa-basi membahas sekolah dan tugas-tugas akhir semester dua di kelas sebelas ini dengan Wahyu. Hingga akhirnya mereka tak lagi canggung untuk saling bercanda meskipun hanya lewat BBM. Dan Iftihal merasa semakin jatuh dalam perasaannya. Hingga ia merasa sakit begitu mengingat bahwa ada gadis yang selalu mendampingi Wahyu,ada gadis yang selalu dinantikan Wahyu,ada gadis yang namanya selalu Wahyu sebut dalam setiap doanya. Bahwa Wahyu mempunyai kekasih,Syifa. Gadis cantik berkerudung yang cerdas,gadis pendiam. Sangat berbeda dengan Iftihal yang bahkan mendapat julukan preman di sekolahnya.

Ya,Iftihal terkenal sekali dengan tingkahnya yang seperti laki-laki. Di dukung dengan suaranya yang begitu lantang setiap menjadi pemimpin upacara di beberapa kesempatan di sekolahnya. Ia bahkan pernah menjadi Danton untuk Paskibra sekolahnya. Maklum saja,saat SMP dulu,ia adalah anggota Pramuka yang sangat aktif. Dan suaranya sudah terlatih untuk terdengar lantang dan kencang. Karena dalam baris-berbaris dengan tongkat,suara sangat dibutuhkan untuk setiap gerakan.

Dalam perkenalan singkatnya,ia menjadi sedikit berubah. Jadi lebih merawat diri. Terlebih begitu ia tahu bahwa Wahyu dan Syifa telah putus. "Peluang buat lu,If!" Ujar Ira. "Ah,tapi Wahyu cinta banget sama Syifa. Gue gak berani buat makin deket sama Wahyu." Lemahnya. "Bikin dia nyaman." Singkat Ira. "Tapi yang dia mau Syifa bukan gue. Gue jauh banget sama Syifa. Dia pinter,cantik,lah gue? Blangsak gini gak ada apa-apanya!" Semakin merendah. "Bukan soal cerdas atau cantik. Lagi juga cantik itu relatif. Yang penting buat dia nyaman!" Ujar Ira. Iftihal melihat ada harapan disana.

Dan akhirnya gosip beredar dimana-mana. Bukan soal kedekatan mereka,tapi soal Iftihal yang ternyata sudah move on dari Zhulham. Karena move onnya Iftihal dideklarasikan oleh Rara di akun twitternya yang menyebutkan Iftihal telah berhenti berharap pada Zhulham. Selain itu, gosip ini juga tentang Wahyu yang berhasil menjinakan macan,mencairkan dinginnya sikap yang sedingin es,meluluhkan hati seseorang. Dan orang itu adalah Iftihal. Meskipun Iftihal dan Wahyu saling menjaga jarak  ketika di sekolah,tapi akhirnya gosip tentang perasaan Iftihal pada Wahyu pun beredar juga. Kedekatan mereka di sekolah sangat jauh berbeda sekali dengan kedekatan mereka lewat BBM yang begitu akrab.

Hari itu,Iftihal dan Wahyu sedang bercanda-canda. Hingga Iftihal menghentikan gengsinya dan memulai agar lebih dekat dengan Wahyu. "Nonton yuk!" Iftihal mengirim pesan lewat BBM. "Mau nonton film apa?" Balas Wahyu. "Apa aja yang ada di bioskop. Lagi banyak yang seru." "Ayo aja,kapan?" "Besok bisa?" "Gak tau deh" "Yaudah kabarin aja kalo bisa." "Oke." Sangat singkat perbincangan mereka soal ini.

"Gak bakal bisa lebih deket dari ini kalau gak gue yang mulai. Harapin lo mulai duluan sama aja kaya berharap kura-kura bisa lari,lama." Keluh Iftihal dalam hati. "Berdua aja kan?" Tiba-tiba Iftihal kegirangan menatap layar handphonenya. "Iyalah,masa mau sekelas!" Dibalasnya pesan itu. "Gak sekalian sekampung! Berangkat jam berapa?" "Terserah lo,kan lo yang paling sibuk." "Haha sesibuk itu apa? Yaudah berangkat sore tapi ngambil jadwal nonton yang malem ya?" Iftihal makin kegirangan. "Oke" Singkatnya. Iftihal yakin hari itu akan menjadi hari yang panjang.

Hari itu tiba,sepanjang perjalanan mereka bercanda dan membicarakan banyak hal. Iftihal memang sangat cerewet,dan ia tidak ingin terlihat gengsi di depan Wahyu agar Wahyu tidak tahu bahwa Iftihal punya perasaan dengannya. Karena biasanya kita akan merasa gengsi dan juga menjaga sikap ketika bersama orang yang kita cintai. Begitu sampai di mall,mereka langsung menuju bioskop untuk membeli tiket. Transformers 4.

Entah kenapa Iftihal pasrah saja menonton film yang bahkan pada seri pertama hingga ketiga tidak pernah ditontonnya. Ia hanya ingin bahagia hari ini bersama Wahyu. Selesai membeli tiket,mereka keluar dan makan berdua. Saat turun ke lantai bawah,Wahyu terus saja meledek Iftihal dan membuatnya diam di tempatnya berdiri sedangkan Wahyu terus saja jalan. "Ya ampun masih di belakang" Wahyu menoleh ke arah Iftihal. Iftihal masih saja diam dengan wajah cemberut. "Udah ayo ah. Ngambek aja lo!" Wahyu menarik Iftihal dan mengusap kepala Iftihal yang terbalut kerudung itu. "Gak nyangka bisa sedekat ini,Yu." Ujarnya membatin.

Makan bersama Wahyu adalah hal yang begitu menyenangkan. Ia begitu lahap menyantap makanan,membuat Iftihal kegirangan sendiri melihat orang yang dicintainya terlihat seperti kelaparan. "Ayo cepet habisin makannya,If. Sholat maghrib dulu" Ujar Wahyu. Iftihal semakin tertarik pada laki-laki ini. Wahyu tidak hanya cerdas dan kharismatik. Ia adalah laki-laki yang sholeh.

Iftihal sering melihat Wahyu sholat zuhur di masjid yang kebetulan depan kelasnya,atau melihat wahyu juga sholat ashar ketika ia pulang sekolah hingga sore hari. Selesai makan dan sholat,tak menunggu lama saat masuk ke dalam bioskop, mereka langsung masuk teater 2. Di bangku D1 dan D2. "Is the best moment dear!" Lagi-lagi Iftihal hanya bisa membatin. Hampir satu jam film dimulai,tiba-tiba Wahyu memberi jaket yang digunakannya pada Iftihal.

"If,lo kedinginan?" Ujar Wahyu tiba-tiba. "Ah ngga juga,Yu." Iftihal mencoba fokus dengan film yang ditontonnya,padahal jantungnya berdegub kencang dan dia seperti salah tingkah,namun ia mencoba tenang agar tidak terlihat bodoh di hadapan Wahyu. "Kedinginan kan lo,lagian sih tadi di parkiran jaket lo dilepas. Nih pake jaket gue." Ujarnya. Iftihal memandang Wahyu. "Yaudah sini" Iftihal mencoba tidak grogi dan terlihat biasa saja ketika mendapati perhatian yang lebih dari Wahyu. "Makasih" Singkat Iftihal ketika Wahyu memberikan jaket yang dikenakannya tadi.

Mereka kembali menikmati film yang sedang diputar. Dan Iftihal tidak hanya menikmati film itu,sesekali Iftihal memperhatikan wajah Wahyu. "Rasanya mau mengistirahatkan kepala ini di bahu kamu,Yu" Batinnya sambil menatap Wahyu. Diperjalanan pulang mereka berdua merasakan senang yang sama. Mereka tertawa bersama seraya melihat pemandangan malam. Jam sepuluh malam jalanan Bekasi memang sudah sepi.

Wahyu membawa motor dengan laju cepat. Dan di belakang,Iftihal bernyanyi kecil yang entah didengar atau tidak oleh Wahyu. "I just want to hold you, I just want to kiss you, I just want to love you all my life. I normally wouldn't say this, but I just can't contain it, I want you here forever right here, by my side"

Tepat jam sebelas malam Wahyu sampai di depan rumah Iftihal. "Thanks ya,hati-hati dijalan." Ucap Iftihal. "Iya,dah!!!" Ujar Wahyu dengan penuh candaan. Suasana hatinya semakin bahagia setelah tak lama kemudian Wahyu mengirim pesan BBM,"Thanks banget ya buat hari ini,If".
Iftihal senang bisa membuat Wahyu sebahagia itu,terlebih ini adalah hari ulang tahun Syifa,pasti ada kenangan yang pedih untuk ia ingat,dan Iftihal senang bila bisa menjadi obat dari kesakitan laki-laki yang sangat ia cintai itu. Dan malamnya ditutup dengan status BBM "Perfect Day!"

Kedekatan mereka tak berhenti sampai disitu. Bahkan ketika sedang maraknya piala dunia,Iftihal dan Wahyu taruhan. Dengan Wahyu yang memegang penuh Jerman dan Iftihal terpaksa memilih Brazil. "Taruhannya apa nih?" Kata Wahyu. "Gue mau nonton sama makan kalo Brazil menang ya!" Balas Iftihal. "Ah gue gak mau. Jersey aja gimana?" "Yaudah kalo Jerman menang,gue beliin lo jersey. Tapi kalo Brazil menang lo traktir gue nonton sama makan ya!" Kesepakatan itu pun deal.

Dan sangat tidak disangka,Brazil kalah dengan skor yang sangat memalukan. Pada goal ke lima Jerman,Iftihal langsung mengirim pesan BBM pada Wahyu. "Udahlah,Brazil pasti kalah. Mau jersey apa lo?" Pasrahnya. "Hahahahahaha udah pasti kalah. Gue menang!!! Hahahaha" Iftihal kesal membaca pesan itu. "Ngeledek mulu lo ah!" Dan pada skor akhir Jerman 7 dan Brazil 1,akhirnya Wahyu memutuskan untuk memilih jersey Perancis.

"Belinya sama gue aja ya,If" Iftihal terheran seraya kesenangan membaca pesan itu. Dan akhirnya mereka pergi berdua membeli jersey itu. Dan tak hanya itu,mereka juga pergi jalan-jalan. Karena tempat membeli jersey itu dekat dengan toko bunga yang tepat berada di samping Universitas Gunadarma,Iftihal pun meminta Wahyu untuk kesana terlebih dahulu.

Ya,Iftihal sangat menyukai bunga mawar. Iftihal pun membeli beberapa tangkai bunga mawar yang ia pilih sebelumnya. "Ah,coba aja lo yang beliin ini,Yu" ucapnya dalam hati. Mereka pun melanjutkan perjalanan pulang yang cukup jauh itu. Iftihal merasa sangat bahagia bisa berpergian dengan Wahyu seperti ini. Apalagi hanya pergi berdua.

Iftihal dan Wahyu semakin dekat. Mereka saling perhatian. Iftihal mulai percaya bahwa Wahyu memiliki rasa yang sama terhadapnya. Perhatian yang ditunjukan Wahyu membuatnya semakin berharap. Belum lagi mereka yang hampir setiap punya waktu luang saling menyisihkan waktu untuk sekedar mengirim pesan BBM. Membicarakan segala hal. Mulai dari yang penting maupun tidak penting sama sekali. Dan itu membuat Iftihal lagi-lagi semakin berharap.

Wanita itu semakin bertanya-tanya dalam hatinya. Apakah Wahyu menganggapnya sebatas teman biasa atau lebih dari itu? Mereka memang jadi lebih sering BBMan. Tapi entah mengapa tak kunjung ada kejelasan. Sebenarnya Wahyu menganggap Iftihal gebetan atau teman biasa? Ia semakin gundah dan tidak tahu harus bagaimana lagi mendekati Wahyu. "Apa gue bisa bikin Wahyu move on dari Syifa seperti dia bikin gue move on dari Zhulham?" Bisiknya dalam hati.

Iftihal lelah menyembunyikan diri dari kenyataan ini. Ia ingin Wahyu segera tahu perasaannya. Ia membuat puisi untuk Wahyu,puisi yang dibuat semalaman dalam buku berwarna biru. Puisi yang ia buat semalam di letakan pada halaman paling belakang. Sedangkan halaman depan berisi puisi-puisi yang selama delapan bulan ini ia buat untuk wahyu.

Sangat banyak puisi yang dibuatnya. Dan pada halaman yang masih kosong,ia letakkan cetakan foto Wahyu. Foto yang ia ambil dari facebook,twitter dan BBM. Ada pula yang dari teman kelasnya,Zaskia. Bahkan foto-foto yang sengaja ia ambil dalam beberapa kesempatan. Saat classmeeting misalnya. Saat itu Wahyu mengikuti beberapa perlombaan yang membuat Iftihal punya banyak kesempatan mengambil gambar orang yang sangat dicintainya itu.

Dan ia juga membuat dua film dokumenter dengan aplikasi movie maker. Film itu tidak hanya berisi foto-foto Wahyu,ada juga video Wahyu ketika classmeeting. Di film yang kedua,berisi slow motion ungkapan cintanya pada Wahyu. Diiringi lagu dari Club80' - Dari Hati,film itu semakin sempurna. "Semoga kamu suka ya,Yu." Ucap Iftihal setelah selesai memasukan semua bingkisan itu ke dalam kotak yang nampak elegan itu.

Hari ini tas Iftihal terlihat lebih besar karena ada kotak bingkisan di dalamnya. Di hari ulang tahun Wahyu ini,ia berharap bisa menjadi sosok yang paling spesial. Kue yang sudah ia persiapkan pun ikut ia bawa bersama bingkisannya. Dan saat bel pulang sekolah berbunyi,ia segera membawa kue dan bingkisan itu bersama Ira.

Ada banyak mata yang memperhatikan Iftihal,tapi hanya satu sudut yang dipandangi Iftihal,Wahyu. Ia tiba-tiba berhenti berjalan,menyaksikan apa yang dilihatnya dengan tatapan yang sangat tajam. "Kenapa,If?" Ujar Ira yang berada di belakang Iftihal. Air mata Iftihal tidak dapat tertahan untuk menetes. Pipinya mulai basah dan semakin basah. Air matanya semakin deras. Ia memberi isyarat pada Ira untuk membawa kue yang dipegangnya.

Dan kini tak hanya bingkisan yang dipegang Ira,tapi juga kue. Iftihal lari menuju parkiran. Ia langsung membawa dirinya pergi dari sekolah. Tak peduli dengan segala hal yang telah ia persiapkan. "Aku punya harapan yang tanpa kesempatan. Aku punya mimpi yang tanpa kenyataan. Singkat kata,aku menyerah." Itu adalah tweet terakhir Iftihal.

Pemandangan yang baru saja ia lihat membuat ia sudah cukup mengerti,bahwa Wahyu selama ini hanya menganggapnya teman. Bahwa Iftihal hanya sekedar persinggahan ketika Wahyu lelah berjuang. Kenyataan pahit yang harus Iftihal terima,kenyataan bahwa Tuhan tidak memberikan apa yang selama ini ia impikan. Bahwa Tuhan punya rencana lain setelah ini.

Iftihal berhenti,iya menyerah. Ia tidak dapat lagi bertahan di tempat yang menyakitkan ini. Ia pergi dari tempat itu berusaha kuat untuk menerima kenyataan. Hidupnya kini sudah benar-benar entah akan diapakan soal cinta. Ia tidak berani lagi berharap soal ketulusan. Cinta telah membuatnya hancur. Ini yang kedua kalinya. Dan setelah ini,ia tidak akan lagi mau jatuh cinta.

Wahyu kembali pada Syifa,dengan sureprise yang dibuat Syifa untuk Wahyu. Kue itu,genggaman tangan itu,pelukan hangat,hingga ciuman yang mendarat di kening Syifa sudah cukup mengisyaratkan Iftihal untuk berhenti. Berhenti berjuang karena hadirnya lagi-lagi tidak diinginkan. Berhenti berharap karena harapannya tidak akan membuahkan hasil. Berhenti berusaha karena usahanya hanya akan sia-sia.

Terlihat dari mata Wahyu betapa ia sangat bahagia. Dan kini Iftihal sadar,bukan ia yang Wahyu inginkan. Bukan ia alasan pada setiap bahagia Wahyu. Bahwa hanya Syifa alasan mengapa Wahyu mampu menemukan semangat hidupnya,mampu untuk tetap bahagia.

Iftihal masih menangis di kamarnya. Merasakan hatinya yang luluh lantah,hancur. Ia menyerah dan berharap perasaannya segera cepat hilang terhadap Wahyu. Ia tidak ingin semakin hancur mendapati Wahyu bersama Syifa. "Tuhan,apakah aku tidak pernah ada dalam setiap doa Wahyu,seperti aku yang selalu menyebut namanya dalam doa ku? Apakah pernah barang sedikit pun ia menjadikan ku sebagai inti dalam doanya? Apa hanya Syifa yang ada dalam setiap harap dan doanya? Apa hanya pada Syifa hatinya kau bekukan hingga tak dapat merasakan rasa cintaku yang teramat dalam ini? Tuhan,engkau maha mengetahui. Maka,bila memang dia bukan yang terbaik,tolong hapus perasaan ini Tuhan. Biarkan aku juga merasakan bahagiamu. Dan tetap jadikan aku hambamu yang penuh syukur terhadapmu." Rintihnya kepada Tuhan.

Ia berdoa dengan butiran air mata yang begitu banyak. Ia begitu merasa kesakitan dahsyat kedua kalinya setelah setahun yang lalu. Dan ia sadar,bahwa Tuhan memang belum memberinya kekuatan untuk membuat benteng pertahanan atas cinta. Bahwa ia memang belum di takdirkan untuk menjadi satu dengan orang yang di cintainya.

Sesaat setelah moment romantis antara Wahyu dan Syifa,Wahyu menghampiri Ira yang berhenti di depan kelas. "Wih buat gue nih? Baik banget lo,Ra!" Wahyu menghampiri Ira. "Iya,nih buat lo." Ira memberikan bingkisan dan kuenya. "Makasih banyak ya!" "Jangan berterima kasih sama gue. Ini bukan dari gue." Wahyu kaget mendengarnya. "Terus dari siapa?" "Lo liat aja sendiri isi bingkisan itu." Wahyu memberi kue pada Ira dan membuka bingkisan itu.

Dilihatnya buku itu. Dan dibukanya sesegera mungkin. "Iftihal?" Herannya dan langsung menengadahkan kepalanya menghadap ke Ira. Berharap segera ada jawaban dari Ira yang menjelaskan ada apa ini. "Iya,dia yang kasih ini semua." Singkat Ira. "Terus dia kemana?" "Pulang" "Kenapa?" "Putus asa. Udah masukin tuh buku,nih kuenya. Gue juga mau balik." Wahyu mengikuti perintah Ira. Masih dalam keheranan,Ira melanjutkan kalimatnya "Semoga langgeng sama Syifa." Sadar dengan kalimat itu,ia mengerti apa yang terjadi. Ira berlalu dan Wahyu masih mematung. "Seandainya cinta dapat memilih kemana ia akan berlabuh,If." Bisiknya kecil.

Komentar

Postingan Populer