Benteng Pertahanan
Benteng Pertahanan
Oleh: Iftihal Muslim Rahman
Oleh: Iftihal Muslim Rahman
Aku mencintainya selalu dalam bisuku.
Aku tidak mampu mengungkapkan apa yang aku rasakan.
Sekalipun ia selalu menerka bahwa ada rindu di hatiku.
Aku masih saja bisu. Aku tahu,bukan aku yang dia mau.
Namun kedekatan kami selalu menjadi alasan aku mempertahankan cinta ini.
Aku yakin Tuhan akan memberi jalan untuk hambanya yang tulus mencintai.
Kadang terbesit dalam benakku untuk berusaha menjadikannya milik ku.
Meski kadang ada jalan,tapi aku tetap menutup diri.
Aku masih saja membentengi perasaanku ini untuk bertahan dalam diam.
Apakah dalam sunyi ia juga ikut mendoakanku seperti aku yang slalu merindukannya?
Tuhan, seandainya cinta dapat memilih kemana ia akan berlabuh.
Malam itu,ia menatap atap rumahnya. Membayangkan
betapa bisa rasa cinta tumbuh padahal diawali dengan amarah. Ia menatap
langit-langit kamarnya dengan butiran-butiran cair di matanya. Menatap setiap
kenangan yang menorehkan cerita singkat dengan makna begitu indah. Makna yang
membuatnya yakin masih ada bahagia setelah luka. Masih ada cinta setelah sakit
hati.
Kenangan itu terukir dengan jelas,kenangan yang
membuatnya mulai berfikir; untuk apa berjuang bila tidak diinginkan,untuk apa
bertahan diatas kesakitan. Tapi ia harus segera sadar,bahwa kesalahannya
terlalu lama memendam. Memendam rasa yang harusnya terungkap,bukan menjadi
beban bagi dirinya.
Wanita itu fikir tadinya tidak ada yang lebih
menyakitkan dibanding "rindu tanpa
suara". Ya,rindu para mantan kekasih yang merindukan masa lalunya yang
telah bahagia bersama orang lain. Tapi dia salah,ternyata "mencintai tanpa suara" jauh lebih
menyakitkan.
Namanya Iftihal,wanita yang sangat angkuh terhadap
laki-laki sejak sakit hatinya ditinggal Sang Mantan. Dia menutup rapat hatinya
hanya untuk satu nama yang tak pernah ingin kehadirannya lagi dalam
hidupnya,Zhulham. Laki-laki yang dicintainya itu adalah laki-laki yang mampu
membuatnya jatuh cinta untuk pertama kalinya. Melakukan apapun atas dasar
cinta. Rela berkorban dan bertahan meski tahu tak dihargai. Mencintai dengan
ikhlas padahal tau tanpa balas. Tapi ini bukan tentang merelakan atau
melupakan. Ini masih tentang perjuangan.
Masa-masa SMA memang masa-masa terbaik dalam hidup.
Pertama kali merasakan cinta sesungguhnya,pertama kali merasakan sakit hati
sebenarnya,pertama kali punya KTP,pertama kali memiliki kisah indah tersendiri
dalam hidup. Setelah kurang lebih satu tahun belajar hidup tanpa Zhulham,Iftihal
memang mencoba menenangkan hatinya dengan tidak membuka hati sebelum hatinya
benar-benar sembuh dari luka. Banyak laki-laki yang mendekatinya,dan semua
jelas jauh lebih baik dari Zhulham.
Berkali-kali ia bercerita kepada sahabatnya bahwa ia
dekat dengan laki-laki. Tapi diantara mereka semua tidak ada yang bisa
menghapus nama Zhulham. Lelah. Satu kata yang menggambarkan hati para
sahabatnya. Mereka bukan bosan mendengar curhat Iftihal tentang Zhulham. Tapi
mereka kesal,Zhulham yang jahat mencampakkan Iftihal begitu saja dan
menyakitinya berulang-ulang kali masih saja dipujinya. Hingga suatu hari apa
yang tak diduganya bisa terjadi menjadi terjadi,karma menghampiri Iftihal.
Iftihal kenal betul wajah itu,wajah yang dulu sangat
dibencinya,benci yang hingga kini tidak ia tahu apa sebabnya. Dia ada diantara
kerumunan almamater merah marun,almamater yang menandakan bahwa mereka adalah
anggota OSIS. Dan itu dia,ketua OSIS yang masih satu angkatan dengannya yang
pernah punya masalah dengannya karena razia beberapa waktu lalu. Singkat
saja,acara razia berlangsung,handphone Iftihal terkena razia,dan begitu
dikembalikan,semua datanya hilang. Memang bukan kesalahan OSIS,tapi tetap saja
itu membuat Iftihal makin benci terhadap OSIS. Dan semakin benci terhadap ketua
OSISnya.
Data di handphonenya sangat penting baginya. Semua
cerita tentang Zhulham ada disana,semua cintanya,bahagianya,kesedihannya,semua
ada disana. Dan apa yang ia jaga baik-baik selama ini,hilang di tangan orang
lain.
Ketua OSIS bernama Wahyu itu sempat ingin meredakan
emosi Iftihal yang disertai tangis itu. "Bukan OSIS yang razia handphone
lu,tapi--" "Diem lo iblis! Gak usah ngomong lagi! Pergi lo! Muak gue
liat lo! Pergi!" Belum sempat Wahyu menjelaskan,Iftihal langsung
mengusirnya. Ia pun pergi dari kerumunan teman-temannya itu. Semua temannya
tahu bahwa data itu sangat penting baginya,data itu seperti sumbu hidupnya yang
sudah hancur.
Satu-satunya semangat hidupnya. Satu-satunya perantara
yang menghantarkan Iftihal pada semua kenangan terhadap Zhulham menjadi kembali
nyata. Dan kini hilang. Jelas saja sahabat dan teman-temannya merasa iba.
Iftihal sudah terkenal betul dengan kesedihannya atas kehilangan Zhulham. Semua
tahu betapa setianya Iftihal terhadap Zhulham. Bukan terlalu berlebihan. Tapi
ada hal yang hanya Iftihal dan Tuhan yang tahu mengapa Iftihal sebegitu
setianya terhadap Zhulham hingga menjaga hatinya hanya untuk satu nama. Hingga
ia menutup hati rapat-rapat untuk siapa pun yang mau singgah.
Setelah sebulan dari kejadian itu,Iftihal mulai sering
memperhatikan Wahyu. Tadinya karena wajah Wahyu hampir mirip dengan pacar baru
Iftihal yang bernama Oki. Namun pandangannya terhadap Oki berbeda saat melihat
Wahyu. Kharismatiknya Wahyu membuat Iftihal jadi--. Entahlah apa yang
dirasakannya. Iftihal terus menolak akan apa yang di rasakannya. Ia tidak ingin
perasaan itu tumbuh. Tapi semakin ia mencoba melawan,perasaan itu semakin ada.
"Ih gila,mana mungkin perasaan ini tumbuh!?" Keluhnya dalam hati
setiap mengingat wajah ketua OSIS itu. Bagaimana ia tidak heran,ia bahkan belum
memiliki rasa tertarik seperti ini kepada Oki,tapi justru merasakannya pada
Wahyu.
Siang itu, ia menghampiri Wahyu ditemani
sahabatnya,Icha. "Gue tadi dipanggil pembina lo." Singkat Iftihal.
"Gue bener-bener gak tau kalau nyokap gue maki-maki lo dipengambilan rapot
kemarin. Gue emang cerita ke nyokap bokap gue,tapi ga pernah nyuruh dia dateng
dan maki-maki lo. Gue juga tau ini dari pembina lo yang jelasin soal kejadian
itu. Gue wakilin nyokap gue,minta maaf soal kejadian itu. Dan soal gue yang
tempo hari maki-maki lo,gue juga minta maaf banget." Jelasnya.
Ia menatap mata Wahyu sesaat. Ia melihat ada bahagia
disana. Yang mampu dirasakannya ketika melihat Zhulham. "Iya gak
apa-apa,If." Ucap Wahyu yang mengagetkannya dari lamunan. Mereka
berbincang cukup lama,Iftihal senang menatap mata yang ada di hadapannya. Ia
senang mendengar Wahyu bercerita,dan ia tahu,ia menyukai Wahyu. Bahkan Icha
sampai dicuekin saking fokusnya Iftihal dengan Wahyu. Hingga saat bel masuk
berbunyi,Iftihal baru menyelesaikan perbincangannya dan bersama Icha kembali ke
kelas mereka dan Wahyu masuk ke kelasnya.
Sahabat memang salah satu kebutuhan penting selain
keluarga dan kekasih. Begitu juga Iftihal yang nyaris mati karena sakit
hati,bisa sadar bahwa hidup tidak seburuk itu. Bahwa Tuhan selalu punya rencana
dibalik sakitnya cobaan hidup. Siapa lagi kalau bukan sahabat yang
menyadarkannya. Karena tidak mungkin keluarganya diceritakan hal sekonyol cinta monyet seperti ini.
Sebut saja Awa-Awa, keluarga kecil Iftihal di sekolah
berjumlah sembilan wanita cantik. Icha, Ira, Rara, Elita, Elisa, Gadhink, Yuni,
dan Mimi. Tidak hanya di sekolah,tapi dibanyak kesempatan pun mereka selalu
bersama. Mereka berkumpul hampir disetiap jam istirahat dengan lengkap,kecuali ketika
ada banyak tugas di kelas masing-masing. Karena hanya di waktu ini mereka
bertemu sapa dengan waktu lama. Berbeda kelas dan berbeda jurusan tidak
mengalahkan mereka untuk selalu bersama. Siang itu di jam istirahat ke
dua,Iftihal mulai memikirkan tentang rasanya pada Wahyu. Bersama-sama
sahabatnya itu,ia mencoba mencari tahu apa yang terjadi pada hatinya.
"Lu semua percaya karma gak sih?" Tanya
Iftihal memulai pembicaraan saat semua sibuk dengan handphone dan makanannya
masing-masing. "Percaya aja sih." Jawab mereka satu persatu.
"Terus percaya kalo terlalu benci bisa jadi cinta?" Semua menatap
tajam Iftihal. "Kenapa? Kok begitu liatin guenya?" Tanya Iftihal yang
mulai merasa takut. "Gue kayaknya tau nih." Icha semakin menajamkan
pandangan. "Wahyu?" Iftihal kaget mendengar pertanyaan Icha.
"Hah,ngga. Apaan sih,Ca!" Ia mulai tidak jujur dan menyembunyikan
perasaannya.
"If,lo suka sama Wahyu?" Tanya Ira. "Eh
tapi kan Wahyu punya pacar,itu si Syifa yang sekelas sama Yuni" Ujar
Gadhink. "Gue juga tau dia udah punya pacar,makanya jangan ngaco duga gue
suka sama dia." Kata Iftihal. "Jujur aja udah sih. Kalo suka juga
emangnya kenapa? Bagus kan berarti lo udah move on dari Zhulham?" Santai
Rara. "Udah ih apaan sih jadi pada ngaco!" Iftihal semakin malu.
Iftihal sempat tidak mau jujur,karena malu telah menyukai laki-laki yang sudah
ia hina habis-habisan. Akhirnya Iftihal pun jujur dan menceritakan semuanya
pada Awa-Awa karena mereka semua mendesak Iftihal untuk jujur siapa laki-laki
yang berhasil membuatnya jatuh hati. Setelah mengetahui laki-laki itu adalah
Wahyu mereka langsung saling meledek.
Awa-Awa tahu betul kalau Iftihal sangat benci dengan
Wahyu,bahkan saat dulu Wahyu berorasi untuk menjadi ketua OSIS di atas podium
sekolah dan di depan kelas Iftihal,Iftihal menghinanya habis-habisan.
"Turun lo! Gak pantes lo jadi ketua OSIS! Dasar manusia gak jelas!"
Ujarnya ketika Wahyu berorasi di atas podium. "Heh,jangan terlalu benci
lo. Nanti jadi cinta baru tau rasa!" Ujar Rara. "Keluar lo,ngomong
doang lo ah! Berisik!" Kata Iftihal saat Wahyu berorasi di depan kelasnya.
Rara pun mengatakan hal yang sama lagi ketika berbicara di lapangan tadi. Dan
kini,karma itu datang.
Tadinya ia kebingungan harus bagaimana agar bisa dekat
dengan Wahyu. Tapi dengan mudah Iftihal mendapatkan pin BBM Wahyu dari Icha
yang memang terkenal SKSD (Sok Kenal Sok Dekat) dengan banyak orang. Awalnya
ketika ia sudah mendapatkan pin BBM lelaki yang dicintainya,ia bingung harus
memulai percakapan bagaimana.
Dan setelah memberanikan diri untuk memulai
percakapan,Iftihal pun jadi terbiasa dengan sekedar basa-basi membahas sekolah
dan tugas-tugas akhir semester dua di kelas sebelas ini dengan Wahyu. Hingga
akhirnya mereka tak lagi canggung untuk saling bercanda meskipun hanya lewat
BBM. Dan Iftihal merasa semakin jatuh dalam perasaannya. Hingga ia merasa sakit
begitu mengingat bahwa ada gadis yang selalu mendampingi Wahyu,ada gadis yang
selalu dinantikan Wahyu,ada gadis yang namanya selalu Wahyu sebut dalam setiap
doanya. Bahwa Wahyu mempunyai kekasih,Syifa. Gadis cantik berkerudung yang
cerdas,gadis pendiam. Sangat berbeda dengan Iftihal yang bahkan mendapat
julukan preman di sekolahnya.
Ya,Iftihal terkenal sekali dengan tingkahnya yang
seperti laki-laki. Di dukung dengan suaranya yang begitu lantang setiap menjadi
pemimpin upacara di beberapa kesempatan di sekolahnya. Ia bahkan pernah menjadi
Danton untuk Paskibra sekolahnya. Maklum saja,saat SMP dulu,ia adalah anggota
Pramuka yang sangat aktif. Dan suaranya sudah terlatih untuk terdengar lantang
dan kencang. Karena dalam baris-berbaris dengan tongkat,suara sangat dibutuhkan
untuk setiap gerakan.
Dalam perkenalan singkatnya,ia menjadi sedikit
berubah. Jadi lebih merawat diri. Terlebih begitu ia tahu bahwa Wahyu dan Syifa
telah putus. "Peluang buat lu,If!" Ujar Ira. "Ah,tapi Wahyu
cinta banget sama Syifa. Gue gak berani buat makin deket sama Wahyu."
Lemahnya. "Bikin dia nyaman." Singkat Ira. "Tapi yang dia mau
Syifa bukan gue. Gue jauh banget sama Syifa. Dia pinter,cantik,lah gue?
Blangsak gini gak ada apa-apanya!" Semakin merendah. "Bukan soal
cerdas atau cantik. Lagi juga cantik itu relatif. Yang penting buat dia
nyaman!" Ujar Ira. Iftihal melihat ada harapan disana.
Dan akhirnya gosip beredar dimana-mana. Bukan soal
kedekatan mereka,tapi soal Iftihal yang ternyata sudah move on dari Zhulham.
Karena move onnya Iftihal dideklarasikan oleh Rara di akun twitternya yang
menyebutkan Iftihal telah berhenti berharap pada Zhulham. Selain itu, gosip ini
juga tentang Wahyu yang berhasil menjinakan macan,mencairkan dinginnya sikap
yang sedingin es,meluluhkan hati seseorang. Dan orang itu adalah Iftihal.
Meskipun Iftihal dan Wahyu saling menjaga jarak
ketika di sekolah,tapi akhirnya gosip tentang perasaan Iftihal pada
Wahyu pun beredar juga. Kedekatan mereka di sekolah sangat jauh berbeda sekali
dengan kedekatan mereka lewat BBM yang begitu akrab.
Hari itu,Iftihal dan Wahyu sedang bercanda-canda.
Hingga Iftihal menghentikan gengsinya dan memulai agar lebih dekat dengan
Wahyu. "Nonton yuk!" Iftihal mengirim pesan lewat BBM. "Mau
nonton film apa?" Balas Wahyu. "Apa aja yang ada di bioskop. Lagi
banyak yang seru." "Ayo aja,kapan?" "Besok bisa?"
"Gak tau deh" "Yaudah kabarin aja kalo bisa." "Oke."
Sangat singkat perbincangan mereka soal ini.
"Gak bakal bisa lebih deket dari ini kalau gak
gue yang mulai. Harapin lo mulai duluan sama aja kaya berharap kura-kura bisa
lari,lama." Keluh Iftihal dalam hati. "Berdua aja kan?"
Tiba-tiba Iftihal kegirangan menatap layar handphonenya. "Iyalah,masa mau
sekelas!" Dibalasnya pesan itu. "Gak sekalian sekampung! Berangkat
jam berapa?" "Terserah lo,kan lo yang paling sibuk." "Haha
sesibuk itu apa? Yaudah berangkat sore tapi ngambil jadwal nonton yang malem
ya?" Iftihal makin kegirangan. "Oke" Singkatnya. Iftihal yakin
hari itu akan menjadi hari yang panjang.
Hari itu tiba,sepanjang perjalanan mereka bercanda dan
membicarakan banyak hal. Iftihal memang sangat cerewet,dan ia tidak ingin
terlihat gengsi di depan Wahyu agar Wahyu tidak tahu bahwa Iftihal punya
perasaan dengannya. Karena biasanya kita akan merasa gengsi dan juga menjaga
sikap ketika bersama orang yang kita cintai. Begitu sampai di mall,mereka
langsung menuju bioskop untuk membeli tiket. Transformers 4.
Entah kenapa Iftihal pasrah saja menonton film yang
bahkan pada seri pertama hingga ketiga tidak pernah ditontonnya. Ia hanya ingin
bahagia hari ini bersama Wahyu. Selesai membeli tiket,mereka keluar dan makan
berdua. Saat turun ke lantai bawah,Wahyu terus saja meledek Iftihal dan
membuatnya diam di tempatnya berdiri sedangkan Wahyu terus saja jalan. "Ya
ampun masih di belakang" Wahyu menoleh ke arah Iftihal. Iftihal masih saja
diam dengan wajah cemberut. "Udah ayo ah. Ngambek aja lo!" Wahyu
menarik Iftihal dan mengusap kepala Iftihal yang terbalut kerudung itu.
"Gak nyangka bisa sedekat ini,Yu." Ujarnya membatin.
Makan bersama Wahyu adalah hal yang begitu
menyenangkan. Ia begitu lahap menyantap makanan,membuat Iftihal kegirangan
sendiri melihat orang yang dicintainya terlihat seperti kelaparan. "Ayo
cepet habisin makannya,If. Sholat maghrib dulu" Ujar Wahyu. Iftihal
semakin tertarik pada laki-laki ini. Wahyu tidak hanya cerdas dan kharismatik.
Ia adalah laki-laki yang sholeh.
Iftihal sering melihat Wahyu sholat zuhur di masjid
yang kebetulan depan kelasnya,atau melihat wahyu juga sholat ashar ketika ia
pulang sekolah hingga sore hari. Selesai makan dan sholat,tak menunggu lama
saat masuk ke dalam bioskop, mereka langsung masuk teater 2. Di bangku D1 dan
D2. "Is the best moment dear!" Lagi-lagi Iftihal hanya bisa membatin.
Hampir satu jam film dimulai,tiba-tiba Wahyu memberi jaket yang digunakannya
pada Iftihal.
"If,lo kedinginan?" Ujar Wahyu tiba-tiba.
"Ah ngga juga,Yu." Iftihal mencoba fokus dengan film yang
ditontonnya,padahal jantungnya berdegub kencang dan dia seperti salah
tingkah,namun ia mencoba tenang agar tidak terlihat bodoh di hadapan Wahyu.
"Kedinginan kan lo,lagian sih tadi di parkiran jaket lo dilepas. Nih pake
jaket gue." Ujarnya. Iftihal memandang Wahyu. "Yaudah sini"
Iftihal mencoba tidak grogi dan terlihat biasa saja ketika mendapati perhatian
yang lebih dari Wahyu. "Makasih" Singkat Iftihal ketika Wahyu
memberikan jaket yang dikenakannya tadi.
Mereka kembali menikmati film yang sedang diputar. Dan
Iftihal tidak hanya menikmati film itu,sesekali Iftihal memperhatikan wajah
Wahyu. "Rasanya mau mengistirahatkan kepala ini di bahu kamu,Yu"
Batinnya sambil menatap Wahyu. Diperjalanan pulang mereka berdua merasakan
senang yang sama. Mereka tertawa bersama seraya melihat pemandangan malam. Jam
sepuluh malam jalanan Bekasi memang sudah sepi.
Wahyu membawa motor dengan laju cepat. Dan di
belakang,Iftihal bernyanyi kecil yang entah didengar atau tidak oleh Wahyu. "I just want to hold you, I just want
to kiss you, I just want to love you all my life. I normally wouldn't say this,
but I just can't contain it, I want you here forever right here, by my
side"
Tepat jam sebelas malam Wahyu sampai di depan rumah
Iftihal. "Thanks ya,hati-hati dijalan." Ucap Iftihal.
"Iya,dah!!!" Ujar Wahyu dengan penuh candaan. Suasana hatinya semakin
bahagia setelah tak lama kemudian Wahyu mengirim pesan BBM,"Thanks banget
ya buat hari ini,If".
Iftihal senang bisa membuat Wahyu sebahagia
itu,terlebih ini adalah hari ulang tahun Syifa,pasti ada kenangan yang pedih
untuk ia ingat,dan Iftihal senang bila bisa menjadi obat dari kesakitan
laki-laki yang sangat ia cintai itu. Dan malamnya ditutup dengan status BBM
"Perfect Day!"
Kedekatan mereka tak berhenti sampai disitu. Bahkan
ketika sedang maraknya piala dunia,Iftihal dan Wahyu taruhan. Dengan Wahyu yang
memegang penuh Jerman dan Iftihal terpaksa memilih Brazil. "Taruhannya apa
nih?" Kata Wahyu. "Gue mau nonton sama makan kalo Brazil menang
ya!" Balas Iftihal. "Ah gue gak mau. Jersey aja gimana?" "Yaudah
kalo Jerman menang,gue beliin lo jersey. Tapi kalo Brazil menang lo traktir gue
nonton sama makan ya!" Kesepakatan itu pun deal.
Dan sangat tidak disangka,Brazil kalah dengan skor
yang sangat memalukan. Pada goal ke lima Jerman,Iftihal langsung mengirim pesan
BBM pada Wahyu. "Udahlah,Brazil pasti kalah. Mau jersey apa lo?"
Pasrahnya. "Hahahahahaha udah pasti kalah. Gue menang!!! Hahahaha"
Iftihal kesal membaca pesan itu. "Ngeledek mulu lo ah!" Dan pada skor
akhir Jerman 7 dan Brazil 1,akhirnya Wahyu memutuskan untuk memilih jersey Perancis.
"Belinya sama gue aja ya,If" Iftihal
terheran seraya kesenangan membaca pesan itu. Dan akhirnya mereka pergi berdua
membeli jersey itu. Dan tak hanya itu,mereka juga pergi jalan-jalan. Karena
tempat membeli jersey itu dekat dengan toko bunga yang tepat berada di samping
Universitas Gunadarma,Iftihal pun meminta Wahyu untuk kesana terlebih dahulu.
Ya,Iftihal sangat menyukai bunga mawar. Iftihal pun
membeli beberapa tangkai bunga mawar yang ia pilih sebelumnya. "Ah,coba
aja lo yang beliin ini,Yu" ucapnya dalam hati. Mereka pun melanjutkan
perjalanan pulang yang cukup jauh itu. Iftihal merasa sangat bahagia bisa
berpergian dengan Wahyu seperti ini. Apalagi hanya pergi berdua.
Iftihal dan Wahyu semakin dekat. Mereka saling
perhatian. Iftihal mulai percaya bahwa Wahyu memiliki rasa yang sama
terhadapnya. Perhatian yang ditunjukan Wahyu membuatnya semakin berharap. Belum
lagi mereka yang hampir setiap punya waktu luang saling menyisihkan waktu untuk
sekedar mengirim pesan BBM. Membicarakan segala hal. Mulai dari yang penting
maupun tidak penting sama sekali. Dan itu membuat Iftihal lagi-lagi semakin berharap.
Wanita itu semakin bertanya-tanya dalam hatinya.
Apakah Wahyu menganggapnya sebatas teman biasa atau lebih dari itu? Mereka
memang jadi lebih sering BBMan. Tapi entah mengapa tak kunjung ada kejelasan.
Sebenarnya Wahyu menganggap Iftihal gebetan atau teman biasa? Ia semakin gundah
dan tidak tahu harus bagaimana lagi mendekati Wahyu. "Apa gue bisa bikin
Wahyu move on dari Syifa seperti dia bikin gue move on dari Zhulham?"
Bisiknya dalam hati.
Iftihal lelah menyembunyikan diri dari kenyataan ini.
Ia ingin Wahyu segera tahu perasaannya. Ia membuat puisi untuk Wahyu,puisi yang
dibuat semalaman dalam buku berwarna biru. Puisi yang ia buat semalam di letakan
pada halaman paling belakang. Sedangkan halaman depan berisi puisi-puisi yang
selama delapan bulan ini ia buat untuk wahyu.
Sangat banyak puisi yang dibuatnya. Dan pada halaman
yang masih kosong,ia letakkan cetakan foto Wahyu. Foto yang ia ambil dari
facebook,twitter dan BBM. Ada pula yang dari teman kelasnya,Zaskia. Bahkan
foto-foto yang sengaja ia ambil dalam beberapa kesempatan. Saat classmeeting
misalnya. Saat itu Wahyu mengikuti beberapa perlombaan yang membuat Iftihal
punya banyak kesempatan mengambil gambar orang yang sangat dicintainya itu.
Dan ia juga membuat dua film dokumenter dengan
aplikasi movie maker. Film itu tidak hanya berisi foto-foto Wahyu,ada juga
video Wahyu ketika classmeeting. Di film yang kedua,berisi slow motion ungkapan
cintanya pada Wahyu. Diiringi lagu dari Club80' - Dari Hati,film itu semakin
sempurna. "Semoga kamu suka ya,Yu." Ucap Iftihal setelah selesai
memasukan semua bingkisan itu ke dalam kotak yang nampak elegan itu.
Hari ini tas Iftihal terlihat lebih besar karena ada
kotak bingkisan di dalamnya. Di hari ulang tahun Wahyu ini,ia berharap bisa
menjadi sosok yang paling spesial. Kue yang sudah ia persiapkan pun ikut ia
bawa bersama bingkisannya. Dan saat bel pulang sekolah berbunyi,ia segera
membawa kue dan bingkisan itu bersama Ira.
Ada banyak mata yang memperhatikan Iftihal,tapi hanya
satu sudut yang dipandangi Iftihal,Wahyu. Ia tiba-tiba berhenti
berjalan,menyaksikan apa yang dilihatnya dengan tatapan yang sangat tajam.
"Kenapa,If?" Ujar Ira yang berada di belakang Iftihal. Air mata
Iftihal tidak dapat tertahan untuk menetes. Pipinya mulai basah dan semakin
basah. Air matanya semakin deras. Ia memberi isyarat pada Ira untuk membawa kue
yang dipegangnya.
Dan kini tak hanya bingkisan yang dipegang Ira,tapi
juga kue. Iftihal lari menuju parkiran. Ia langsung membawa dirinya pergi dari
sekolah. Tak peduli dengan segala hal yang telah ia persiapkan. "Aku punya
harapan yang tanpa kesempatan. Aku punya mimpi yang tanpa kenyataan. Singkat
kata,aku menyerah." Itu adalah tweet terakhir Iftihal.
Pemandangan yang baru saja ia lihat membuat ia sudah
cukup mengerti,bahwa Wahyu selama ini hanya menganggapnya teman. Bahwa Iftihal
hanya sekedar persinggahan ketika Wahyu lelah berjuang. Kenyataan pahit yang
harus Iftihal terima,kenyataan bahwa Tuhan tidak memberikan apa yang selama ini
ia impikan. Bahwa Tuhan punya rencana lain setelah ini.
Iftihal berhenti,iya menyerah. Ia tidak dapat lagi
bertahan di tempat yang menyakitkan ini. Ia pergi dari tempat itu berusaha kuat
untuk menerima kenyataan. Hidupnya kini sudah benar-benar entah akan diapakan
soal cinta. Ia tidak berani lagi berharap soal ketulusan. Cinta telah
membuatnya hancur. Ini yang kedua kalinya. Dan setelah ini,ia tidak akan lagi
mau jatuh cinta.
Wahyu kembali pada Syifa,dengan sureprise yang dibuat
Syifa untuk Wahyu. Kue itu,genggaman tangan itu,pelukan hangat,hingga ciuman
yang mendarat di kening Syifa sudah cukup mengisyaratkan Iftihal untuk
berhenti. Berhenti berjuang karena hadirnya lagi-lagi tidak diinginkan.
Berhenti berharap karena harapannya tidak akan membuahkan hasil. Berhenti
berusaha karena usahanya hanya akan sia-sia.
Terlihat dari mata Wahyu betapa ia sangat bahagia. Dan
kini Iftihal sadar,bukan ia yang Wahyu inginkan. Bukan ia alasan pada setiap
bahagia Wahyu. Bahwa hanya Syifa alasan mengapa Wahyu mampu menemukan semangat
hidupnya,mampu untuk tetap bahagia.
Iftihal masih menangis di kamarnya. Merasakan hatinya
yang luluh lantah,hancur. Ia menyerah dan berharap perasaannya segera cepat
hilang terhadap Wahyu. Ia tidak ingin semakin hancur mendapati Wahyu bersama
Syifa. "Tuhan,apakah aku tidak
pernah ada dalam setiap doa Wahyu,seperti aku yang selalu menyebut namanya
dalam doa ku? Apakah pernah barang sedikit pun ia menjadikan ku sebagai inti
dalam doanya? Apa hanya Syifa yang ada dalam setiap harap dan doanya? Apa hanya
pada Syifa hatinya kau bekukan hingga tak dapat merasakan rasa cintaku yang
teramat dalam ini? Tuhan,engkau maha mengetahui. Maka,bila memang dia bukan
yang terbaik,tolong hapus perasaan ini Tuhan. Biarkan aku juga merasakan
bahagiamu. Dan tetap jadikan aku hambamu yang penuh syukur terhadapmu."
Rintihnya kepada Tuhan.
Ia berdoa dengan butiran air mata yang begitu banyak.
Ia begitu merasa kesakitan dahsyat kedua kalinya setelah setahun yang lalu. Dan
ia sadar,bahwa Tuhan memang belum memberinya kekuatan untuk membuat benteng
pertahanan atas cinta. Bahwa ia memang belum di takdirkan untuk menjadi satu
dengan orang yang di cintainya.
Sesaat setelah moment romantis antara Wahyu dan
Syifa,Wahyu menghampiri Ira yang berhenti di depan kelas. "Wih buat gue
nih? Baik banget lo,Ra!" Wahyu menghampiri Ira. "Iya,nih buat
lo." Ira memberikan bingkisan dan kuenya. "Makasih banyak ya!"
"Jangan berterima kasih sama gue. Ini bukan dari gue." Wahyu kaget
mendengarnya. "Terus dari siapa?" "Lo liat aja sendiri isi
bingkisan itu." Wahyu memberi kue pada Ira dan membuka bingkisan itu.
Dilihatnya buku itu. Dan dibukanya sesegera mungkin.
"Iftihal?" Herannya dan langsung menengadahkan kepalanya menghadap ke
Ira. Berharap segera ada jawaban dari Ira yang menjelaskan ada apa ini.
"Iya,dia yang kasih ini semua." Singkat Ira. "Terus dia
kemana?" "Pulang" "Kenapa?" "Putus asa. Udah
masukin tuh buku,nih kuenya. Gue juga mau balik." Wahyu mengikuti perintah
Ira. Masih dalam keheranan,Ira melanjutkan kalimatnya "Semoga langgeng
sama Syifa." Sadar dengan kalimat itu,ia mengerti apa yang terjadi. Ira
berlalu dan Wahyu masih mematung. "Seandainya cinta dapat memilih kemana
ia akan berlabuh,If." Bisiknya kecil.
Komentar
Posting Komentar